Selasa, 19 Juni 2012

Plasenta Previa


BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.                Pengertian
Plasenta previa adalah implantasi plasenta di sekitar osteum uteri internum yang dapat berakibat perdarahan pada kehamilan di atas 22 minggu (Manuaba, 2007)
Plasenta previa adalah keadaan plasenta berimplantasi rendah pada segmen bawah rahim, meutupi atau tidak menutupi ostium uteri internum pada usia kehamilan lebih dari 20 minggu dan janin mampu hidup diluar rahim (Sumapraja dan Rachimhadi, 2007).
Plasenta previa adalah komplikasi obstetri yang terjadi pada trimester kedua dan ketiga kehamilan. Hal itu dapat menyebabkan kematian yang serius baik bagi janin dan ibu. Ini adalah salah satu penyebab utama perdarahan vagina pada trimester kedua dan ketiga (Patrcik, 2009).

B.                   Etiologi
Penyebab plasenta previa secara pasti masih sulit ditentukan, tetapi ada beberapa factor yang meningkatkan resiko terjadinya olaenta previa. Misalnya bekas operasi rahim (bekas sesar atau operasi mioma), sering mengalami infeksi rahim (radang panggul), kehamilan ganda, atau kelainan bawah rahim. Dan meningkat juga pada grande multipara, primigravida tua, bekas operasi, leioma uteri dan wanita perokok karena zat rokok kemungkinan menyebabkan plasenta besar.sering juga terjadi pada multigravida dengan kehamilan setelah 2 minggu.
Menurut Sheiner (2001) etiologi plasenta previa sampai saat ini belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa teori dan faktor risiko yang berhubungan dengan plasenta previa, diantaranya:
1)         Ovum yang dibuahi tertanam sangat rendah di dalam rahim, menyebabkan plasenta terbentuk dekat dengan atau di atas pembukaan serviks.
2)       Lapisan rahim (endometrium) memiliki kelainan seperti fibroid atau jaringan parut (dari previa sebelumnya, sayatan, bagian bedah caesar atau aborsi).
3)       Hipoplasia endometrium : bila kawin dan hamil pada umur muda.
4)       Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap menerima hasil konsepsi.
5)       Tumor-tumor, seperti mioma uteri, polip endometrium.
6)       Plasenta terbentuk secara tidak normal.
7)       Kejadian plasenta previa tiga kali lebih sering pada wanita multipara daripada primipara. Pada multipara, plasenta previa disebabkan vaskularisasi yang berkurang dan perubahan atrofi pada desidua akibat persalinan masa lampau. Aliran darah ke plasenta tidak cukup dan memperluas permukaannnya sehingga menutupi pembukaan jalan lahir (Sumapraja dan Rachimhadi, 2005).
8)        Ibu merokok atau menggunakan kokain.
9)       Ibu dengan usia lebih tua.
Risiko plasenta previa berkembang 3 kali lebih besar pada perempuan di atas usia 35 tahun dibandingkan pada wanita di bawah usia 20 tahun (Sheiner, 2001). Hasil penelitian Wardana (2007) menyatakan usia wanita produktif yang aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun. Diduga risiko plasenta previa meningkat dengan bertambahnya usia ibu, terutama setelah usia 35 tahun. Plasenta previa merupakan salah satu penyebab serius perdarahan pada periode trimester ke III. Hal ini biasanya terjadi pada wanita dengan usia lebih dari 35 tahun (Varney, 2006). Prevalensi plasenta previa meningkat 3 kali pada umur ibu > 35 tahun. Plasenta previa dapat terjadi pada umur diatas 35 tahun karena endometrium yang kurang subur dapat meningkatkan kejadian plasenta previa (Manuaba, 2008). Hasil penelitian Wardana (2007) menyatakan peningkatan umur ibu merupakan faktor risiko plasenta previa, karena sklerosis pembuluh darah arteli kecil dan arteriole miometrium menyebabkan aliran darah ke endometrium tidak merata sehingga plasenta tumbuh lebih lebar dengan luas permukaan yang lebih besar, untuk mendapatkan aliran darah yang adekuat.



Disamping banyak penyebab plasenta previa yang belum diketahui atau belum jelas, bermacam-macam teori dan faktor-faktor dikemukakan sebagai etiologinya.
1.         Endometrium yang inferior
2.       Chorion leave persisten
3.       Korpus luteus yang bereaksi lambat.
C.                   Patofisiologi
Letak plasenta biasanya umumnya di depan atau di belakang dinding uterus, agak ke atas ke arah fundus uteri. Hal ini adalah fisiologis karena permukaan bagian atas korpus uteri lebih luas, sehingga lebih banyak tempat untuk berimplantasi. Di tempat-tempat tertentu pada implantasi plasenta terdapat vena-vena yang lebar (sinus) untuk menampung darah kembali. Pada pinggir plasenta di beberapa tempat terdapat suatu ruang vena yang luas untuk menampung darah yang berasal dari ruang interviller di atas. Darah ibu yang mengalir di seluruh plasenta diperkirakan naik dari 300 ml tiap menit pada kehamilan 20 minggu sampai 600 ml tiap menit pada kehamilan 40 minggu. Perubahan-perubahan terjadi pula pada jonjot-jonjot selama kehamilan berlangsung. Pada kehamilan 24 minggu lapisan sinsitium dari vili tidak berubah akan tetapi dari lapisan sitotropoblast sel-sel berkurang dan hanya ditemukan sebagai kelompok-kelompok sel-sel; stroma jonjot menjadi lebih padat, mengandung fagosit-fagosit, dan pembuluh-pembuluh darahnya lebih besar dan lebih mendekati lapisan tropoblast (Kay, 2003). Perdarahan antepartum yang disebabkan oleh plasenta previa umumnya terjadi pada triwulan ketiga karena saat itu segmen bawah uterus lebih mengalami perubahan berkaitan dengan semakin tuanya kehamilan. Menurut Manuaba (2008) Implantasi plasenta di segmen bawah rahim dapat disebabkan :
1.         Endometrium di fundus uteri belum siap menerima implantasi
2.       Endometrium yang tipis sehingga diperlukan perluasan plasenta untuk mampu memberikan nutrisi janin
3.       Villi korealis pada korion leave yang persisten
Menurut Davood (2008) Sebuah penyebab utama perdarahan trimester ketiga, plasenta previa memiliki tanda yang khas, yaitu pendarahan tanpa rasa sakit. Pendarahan diperkirakan terjadi dalam hubungan dengan perkembangan segmen bawah uterus pada trimester ketiga.
Dengan bertambah tuanya kehamilan, segmen bawah uterus akan lebih melebar lagi, dan serviks mulai membuka. Apabila plasenta tumbuh pada segmen bawah uterus, pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan serviks tidak dapat diikuti oleh plasenta yang melekat disitu tanpa terlepasnya sebagian plasenta dari dinding uterus. Pada saai itu mulailah terjadi perdarahan. Darahnya berwarna merah segar berlainan dengan darah yang disebabkan solusio plasenta yang berwarna kehitam-hitaman. Sumber perdarahannya ialah sinus uterus yang terobek karena terlepasnya plasenta dari dinding uterus, atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahannnya tak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi menghentikan perdarahan itu, tidak sebagaimana serabut otot uterus menghentikan perdarahan pada kala III dengan plasenta yang letaknya normal. Makin rendah letak plasenta, makin dini perdarahan terjadi. Oleh karena itu, perdarahan pada plasenta previa totalis akan terjadi lebih dini daripada plasenta letak rendah yang mungkin baru berdarah setelah persalinan mulai (Oxorn, 2003).
D.                   Gambaran klinik
Kay (2003) menyebautkan bahwa gejala plasenta previa mencakup satu atau kedua hal berikut:
1.         Tiba-tiba, tanpa rasa sakit pendarahan vagina yang berkisar dari ringan sampai berat. Darah sering berwarna merah terang. Pendarahan dapat terjadi pada awal minggu ke-20 kehamilan tetapi yang paling umum selama trimester ketiga.
2.        Gejala persalinan prematur. Satu dari 5 wanita dengan tanda-tanda plasenta previa juga memiliki kontraksi rahim.
Perdarahan plasenta previa mungkin taper off dan bahkan berhenti untuk sementara. Tapi itu hampir selalu dimulai lagi hari atau minggu kemudian. Beberapa wanita dengan plasenta previa tidak memiliki gejala apapun. Dalam kasus ini, plasenta previa hanya dapat didiagnosis oleh USG dilakukan untuk alasan lain (Kay, 2003).

Apabila janin dalam presentasi kepala, kepalanya akan di dapatkan belum masuk ke dalam pintu-atas panggul yang mungkin karena plasenta previa sentralis; mengolak ke samping karena plasenta previa posterior; atau bagian terbawah janin sukar ditentukan karena plasenta previa anterior. Tidak jarang terjadi kelainan letak, seperti letak lintang atau letak sungsang (Scearce, 2007).
E.                    Klasifikasi Plasenta Previa
Plasenta previa diklasifikasikan oleh Patrick (2009) menjadi beberapa jenis:
1.         Plasenta previa totalis
Ostium uteri internum tertutup seluruhnya oleh plasenta.
2.       Placenta previa parsialis
Ostium uteri internum tertutup sebagian oleh plasenta.
3.       Plasenta previa marginalis
Pinggir bawah plasenta sampai pada pinggir ostium uteri internum.
4.        Plasenta previa letak rendah
Terjadi jika plasenta tertanam di segmen bawah uterus.

                                Plasenta previa diklasifikasikan oleh Manuaba (2007) menjadi beberapa jenis:
1.         Plasenta previa marginalis
Jika implantasi plasenta di sekitar osteum uteri internum, dengan ujungnya berada pada tepi osteum internum pada pembukaan serviks 2 cm.
2.       Plasenta previa lateralis
Implantasi plasenta sebagian menutupi osteum uteri internum pada pembukaan serviks 2 cm.
3.       Plasenta previa totalis
Implantasi plasenta menutupi seluruh osteum uteri internum pada pembukaan 2 cm.
Plasenta previa sentralis merupakan salah satu bentuk plasenta previa totalis, dengan pusat plasenta identik dengan sumbu kanalis servikalis pada pembukaan 2 cm.

4.        Plasenta previa letak rendah
Implantasi plasenta di bagian bawah uterus sehingga tepinya dapat diraba dengan jari pada pembukaan 2 cm (ujungnya sekitar 4 cm dari osteum uteri internum).
                Kalsifikasi perdarahan pada pasien hamil dengan plasenta previa (Manoaba 2007)
Kelas Perdarahan
Predarahan Akut
Persentase
Kehilangan Darah
1
900
15
2
1.200-1.500
20-25
3
1.800-2.100
30-35
4
2.400
40

F.                    Diagnosis Plasenta Previa
Gejala klinik plasenta previa dijabarkan sebagai berikut.
1.         Perdarahan
a.        Perdarahan terjadi akibat terbentuknya segmen bawah rahim yang menimbulkan pergeseran dan lepasnya plasenta dari implantasi.
b.        Bagian plasenta di depan osteum uteri memungkinkan terjadinya perdarahan.
c.        Perdarahn dapat berulang, tergantung dari luas plasenta yang lepas dan lingkar lumen osteum uteri.
d.        Perdarahan tidak dirasakan sakit.
e.        Perdarahan yang terjadi akibat plasenta previa totalis lebih banyak daripada akibat plasenta previa lainnya.
f.         Tergantung jumlah dan cepatnya perdarahan yang hilang dari sirkulasi umum maternal, akan dapat menimbulkan:
§   Gejala perdarahan tergantung jumlah dan cepatnya kehilangan darah dari sirkulasi umum:
-   Terjadi perubahan hemodinamik sirkulasi.
-   Terjadi gawat janin.

§   Gejala klinik yang terjadi sesuai dengan jumlah dan cepatnya kehilangan darah maternal dapat disesuaikan dengan kelas hilangnya darah.
-   Perdarahan tidak menimbulkan tekanan intra uteri bertambah sehingga masih dapat dilakukan pemeriksaan palpasi.
2.       Tertutupnya segmen bawah rahim oleh plasenta.
a.        Tertutupnya bagian bawah uterus oleh plasenta sehingga menghalangi masuknya bagian terendah janin sehingga masih “mengambang” di atas pintu atas panggul.
b.        Dapat menimbulkan kelainan letak janin:
§  Letak sungsang
§  Letak lintang
§  Kepala belum masuk PAP atau miring
Dengan mengetahui patofisiologi yang menimbulkan gejala klinik, maka diagnosisnya dapat berdasarkan:
1.         Anamnesis perdarahan
a.        Perdarahan yang terjadi tanpa rasa sakit.
b.        Dapat sedikit demi sedikit atau dalam jumlah banyak.
c.        Dapat berulang-ulang, sebelum persalinan berlangsung.
d.        Cepatnya dan jumlah darahnya yang hilang dapat menimbulkan gejala klinik pada ibu dan pada janin.
2.       Pemeriksaan fisik
a.        Pemeriksaan umum
Hasil pemeriksaan umum tergantung penggolongan kehilangan darah, yaitu kelas I s.d. IV. Jika sudah diketahui kelas kehilangan darah, dapat direncanakan:
§    Cairan pengganti untuk sementara.
Pemberian cairan koloid.
§    Transfusi darah sesuai dengan kehilangan darah atau minimal Hb mencapai 10g%.
Dapat diberikan obat simtomatik sesuai gejala penyerta dan antibiotik profilaksis dengan dosis adekuat.

b.        Pemeriksaan obstetri
§    Palpasi abdomen
-      Bagian terendah janin belum masuk PAP, mengambang karena sekitar osteum uteri tertutup oleh jaringan plasenta.
-      Terdapat kelainan janin intrauteri:
o      Letak sungsang
o      Letak lintang
o      Bagian terendah miring
-      Dinding abdomen tidak tegang atau kaku sehingga mudah melakukan pemeriksaan janin intrauteri dengan palpasi.
c.        Pemeriksaan auskultasi
-      Pemeriksaan auskultasi dapat dilakukan dengan findoskopi Laenek, untuk mendengarkan detak jantung janin.
-      Pemeriksaan menggunakan Doppler sehingga detak jantung janin dapat didengar oleh ibu.
-      Merekam detak jantung janin dengan menggunakan CTG (kardiotokografi).
Hasil pemantauan detak jantung janin, tergantung dari jumlah dan cepatnya kehilangan darah maternal sehingga dapat mempengaruhi sirkulasi retroplasenter yang selanjutnya akan langsung mempengaruhi nutrisi dan pertukaran O2/CO2 intraplasenta.
Dengan demikian, pada janin di dalam uterus dapat terjadi:
§  Tidak terjadi perubahan apa pun karena terjadi perdarahan kelas I sehingga masih dapat dikompensasi oleh ibu.
§  Terjadi asfiksia ringan sampai berat yang dapat direka oleh CTG intermiten atau terus-menerus.
§  Keadaan anemia begitu berat sehingga janin intrauteri tidak mungkin ditolong lagi.


d.        Pemeriksaan dalam
Sejak penggunaan ultrasonografi secara luas dalam bidang obstetrik, kehamilan dengan perdarahan tidak terlalu banyak dilkukan pemeriksaan dalam. Menghndari pemeriksaan dalam bertujuan untuk mengerangi kemungkinan bertambahnya perdarahan.
Sebelum penggunaan ultrasonografi, pemeriksaan dalam merupakan tindakan yang harus dilakukan untuk:
§  Menegakkan diagnosis pasti jenis plasenta previa.
-    Melakukan pemeriksaan dengan spekulum sehingga keluarnya darah dari osteum uteri dapat dilihat dengan jelas.
-    Melakukan perabaan fornises, akan terdapat bantalan antara bagian terendah janin dengan dinding segmen bawah rahim, yang menunjukkan adanya plasenta previa.
-    Melakukan pemeriksaan pada kanalis srvikalis untuk menegakkan diagnosis pasti jenis plasenta previa:
o      Plasenta previa marginalis
o      Plasenta previa parsialis
o      Plasenta previa totalis
o      Plasenta previa rendah
Sesuai pembukaan yang ada saat itu.
§  Melakukan pemecahan ketuban pada pasien plasenta previa, marginalis atau  parsialis, sehingga bagian terendah janin dapat bertindak sebagai pamponade. Indikasi pemecahan ketuban, yaitu:
-      Plasenta previa marginalis/parsialis:
o   Janin telah meninggal, pemecahan ketuban untuk menghetikan perdarahan yang banyak untuk menyelamatkan jiwa ibu.
o   Kehamilan aterm janin hidup, untuk induksi persalinan.
-      Pada plasenta previa marginalis/parsialis untuk persiapan tindakan operatif selanjutnya agar perdarahan segera berhenti:
o   Versi Braxton Hicks
o   Pemasangan cunam Willet

Syarat utama yang paling penting sebagai persiapan untuk melakukan pemeriksaan dalam adalah:
§  Dilakukan di atas meje operasi.
§  Tim operasi telah siap untuk melakukan tindakan jika terdapat indikasi segera, antara lain:
o    Perdarahan bertambah banyak
o    Plasenta previa totalis
§  Tindakan operasi yang dilakukan bertujuan menyelamatkan jiwa maternal tanpa memandang janin intrauteri.
e.        Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang sangat penting untuk dapat:
§  Memastikan diagnosis plasenta previa.
§  Menetapkan kondisi umum dan khusus fetus dan maternal dengan pemeriksaan laboratorium sehingga sikap pasti dapat ditentukan:
Pemeriksaan penunjang tersebut adalah:
§  Pemeriksaan ultrasonografi. 
Pemeriksaan ultrasonografi sangat banyak digunakan serta untuk membantu menegakkan diagnosis dan letak plasenta previa sehingga rencana pertolongan persalinan dapat ditetapkan.
Bahkan diagnosis plasenta previa sudah dapat ditegakkan pada usia kehamilan urang dari 20 minggu sehingga ibu hamil dapat diberikan nasihat untuk memerhatikan kemungkinan perdarahan antepartum.
Selain itu, terminasi kehamilan sudah dapat direncanakan sebelum terjadi perdarahan sehingga tercapai hasil: well born baby and well health mother, tanpa banyak kehilangan darah.
Seperti diketahui bahwa pemeriksaan ultrasonografi dilakukan sebanyak empat kali selama kehamilan agar implantasi plasenta dengan plasenta previa sudah dapat diketahui. Untuk selanjutnya dapat diberikan KIE dan motivasi sehingga dapat menerima rencana terminasi persalinan dengan cara:
-   Memecahkan ketuban tanpa atau dengan induksi persalinan, atau
-   Langsung dilakukan seksio sesarea.
Perlu diketahui bahwa implantasi plasenta previa di dinding belakang uterus dianggap “dangerous placenta” karena dalam perjalan persalinan dapat terjadi rupture uteri iminens/ruptur uteri dengan gejala yag sedikit tersembunyi.
f.         Periksaan laboratorium.
Pada kasus perdarahan antepartum sangat penting dilakukan pemeriksaan antepartum.
G.                   Komplikasi
Berikut ini adalah kemungkinan komplikasi plasenta previa oleh Usta (2005) :
1)         Pertumbuhan janin lambat karena pasokan darah yang tidak mencukupi
2)       Anemia janin
3)       Janin yang tertekan akibat rendahnya pasokan oksigen
4)       Shock dan kematian ibu jika pendarahan berlebihan
5)       Infeksi dan pembentukan bekuan darah
6)       Kehilangan darah yang membutuhkan transfusi
7) Prematur, pengiriman sebelum minggu ke-37 kehamilan, yang biasanya menimbulkan risiko terbesar pada janin (Cunningham, 2006).
8) Cacat lahir. Cacat lahir terjadi 2,5 kali lebih sering pada kehamilan yang dipengaruhi oleh plasenta previa daripada kehamilan tidak terpengaruh. Penyebab saat ini tidak diketahui (Cunningham, 2006).

H.                    Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Plasenta Previa Menurut Scearce (2007)
1)      Terapi ekspektatif (pasif) Tujuan ekspektatif ialah supaya janin tidak terlahir prematur, penderita dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis servisis. Upaya diagnosis dilakukan secara non invasif. Pemantauan klinis dilakukan secara ketat dan baik.

Syarat-syarat terapi ekspektatif:
a.        Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti.
b.        Belum ada tanda-tanda in partu.
c.        Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas normal).
d.        Janin masih hidup.
2)       Terapi aktif
Wanita hamil di atas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif dan banyak, harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa memandang maturitas janin. Cara menyelesaikan persalinan dengan plasenta previa
a.              Seksio sesarea
 Prinsip utama dalam melakukan seksio sesarea adalah untuk menyelamatkan ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau tak punya harapan untuk hidup, tindakan ini tetap dilakukan.

b.              Melahirkan pervaginam
Perdarahan akan berhenti jika ada penekanan pada plasenta. Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
§    Amniotomi dan akselerasi
Umumnya dilakukan pada plasenta previa lateralis/marginalis dengan pembukaan > 3 cm serta presentasi kepala. Dengan memecah ketuban, plasenta akan mengikuti segmen bawah rahim dan ditekan oleh kepala janin. Jika kontraksi uterus belum ada atau masih lemah, akselerasi dengan infus oksitosin
§    Versi Braxton Hicks
Tujuan melakukan versi Baxton Hicks ialah mengadakan tamponade plasenta dengan bokong (dan kaki) janin. Versi Braxton Hicks tidak dilakukan pada janin yang masih hidup
§    Traksi dengan Cunam Willet
Kulit kepala janin dijepit dengan Cunam Willet, kemudian beri beban secukupnya sampai perdarahan berhenti. Tindakan ini kurang efektif untuk menekan plasenta dan seringkali menyebabkan pendarahan pada kulit kepala. Tindakan ini biasanya dikerjakan pada janin yang telah meninggal dan perdarahan tidak aktif
Menurut Manuaba (2008) Plasenta previa dengan perdarahan merupakan keadaan darurat kebidanan yang memerlukan penanganan yang baik. Bentuk pertolongan pada plasenta previa adalah:
1.                  Segera melakukan operasi persalinan untuk dapat menyelamatkan ibu dan anak untuk mengurangi kesakitan dan kematian
2.                 Memecahkan ketuban di atas meja operasi selanjutnya pengawasan untuk dapat melakukan pertolongan lebih lanjut
3.                Bidan yang menghadapi perdarahan plasenta previa dapat mengambil sikap melakukan rujukan ke tempat pertolongan yang mempunyai fasilitas yang cukup.

I.                     Pemeriksaan Penunjang
o   USG
o   HB
o   CTG (kardiografi)















BAB III
KONSEP MANAJEMENT ASUHAN KEBIDANAN
                Proses manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah agar pelayanan yang komprehensif dapat tercapai. Proses manajemen terdiri dari tujuh langkah disempurnakan secara periodik. Proses dimulai dari pengumpulan data dasar yang berakhr dengan evaluasi. Kutujuh langkah tersebut membentuk kerangka lengkap yang dapat diaplikasikan dalam semua situasi. Akan tetapi, setiap langkah-langkah dapat dipecah menjadi langkah-langkah tertentu dan bias berubah sesuai dengan bagaimana keadaan pasien.
                Tetapi disini hanya lima langkah saja yang akan di bahas yaitu dari pengumpulan data sampai pada Perencanaan asuhan.
                Pembahasan dari kelima langkah tersebut adalah :
A.                   Langkah I (Pengkajian)

1.            DATA SUBJEKTIF
1)               Biodata atau identitas pasien:
a)             Istri
§    Nama
            Perlu ditanyakan agar tidak keliru bila ada kesamaan nama dengan klien.
§    Umur
Perlu ditanyakan untuk mengetahui pengaruh umur terhadap permasalahan kesehatan pasien/klien. Dalam kurun waktu reproduksi sehat, dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun.
§    Alamat
            Ditanyakan untuk maksud mempermudah hubungan bila diperlukan bila keadaan mendesak. Dengan diketahuinya alamat tersebut, bidan dapat mengetahui tempat tinggal pasien/klien dan lingkungannya. Dengan tujuan untuk memudahkan menghubungi keluarganya, menjaga kemungkinan bila ada nama ibu yang sama, untuk dijadikan petunjuk saat kunjungan rumah.
§    Pekerjaan
Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruh pekerjaan terhadap permasalahan kesehatan pasien/klien. Dengan mengetahui pekerjaan pasien/klien, bidan dapat mengetahui bagaimana taraf hidup dan sosial ekonominya agar nasehat bidan sesuai, juga mengetahui apakah pekerjaan mengganggu atau tidak, misalnya bekerja di pabrik rokok, mungkin yang dihisap akan berpengaruh pada janin.
§    Agama
Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap kebiasaan kesehatan pasien. Dengan diketahuinya agama pasien/klien, akan memudahkan bidan melakukan pendekatan di dalam melaksanakan asuhan kebidanan.
§    Pendidikan
Ditanyakan untuk mengetahui tingkat intelektualnya. Tingkat pendidikan mempengaruhi sikap perilaku kesehatan seseorang.
§    Status Perkawinan
Pertanyaan ini dilakukan untuk mengetahui kemungkinan pengaruh status perkawinan terhadap masalah kesehatan. Bila diperlukan ditanyakan tentang perkawinan keberapa kalinya.
§    Suku/Ras
Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap kebiasaan kesehatan pasien/klien. Dengan diketahuinya suku/ras pasien/klien, akan memudahkan bidan melakukan pendekatan di dalam melaksanakan asuhan kebidanan.
b)             Suami
§    Nama
Perlu ditanyakan agar tidak keliru bila ada kesamaan nama dengan klien.
§    Umur
Perlu ditanyakan untuk mengetahui pengaruh umur terhadap permasalahan kesehatan pasien/klien.
§    Alamat
Ditanyakan untuk maksud mempermudah hubungan bila diperlukan bila keadaan mendesak. Dengan tujuan untuk memudahkan menghubungi suami pasien/klien.
§    Pekerjaan
Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruh pekerjaan suami terhadap permasalahan kesehatan pasien/klien. Dengan mengetahui pekerjaan suami pasien/klien, bidan dapat mengetahui bagaimana taraf hidup dan sosial ekonominya agar nasehat bidan sesuai, juga mengetahui apakah pekerjaan mengganggu atau tidak, misalnya bekerja di pabrik rokok, mungkin yang dihisap akan berpengaruh pada janin.
§    Agama
Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap kebiasaan kesehatan pasien/klien. Dengan diketahuinya agama pasien/klien, akan memudahkan bidan melakukan pendekatan di dalam melaksanakan asuhan kebidanan.
§    Pendidikan
Ditanyakan untuk mengetahui tingkat intelektualnya. Tingkat pendidikan suami juga mempengaruhi sikap perilaku kesehatan seorang istri.
§    Status Perkawinan
Pertanyaan ini dilakukan untuk mengetahui kemungkinan pengaruh status perkawinan terhadap masalah kesehatan. Bila diperlukan ditanyakan tentang perkawinan keberapa kalinya.
§    Suku/Ras
Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap kebiasaan kesehatan pasien/klien. Dengan diketahuinya suku/ras pasien/klien, akan memudahkan bidan melakukan pendekatan di dalam melaksanakan asuhan kebidanan.
2)             Riwayat pasien
a)             Keluhan utama
Ditanyakan untuk mengetahui perihal yang mendorong pasien datang kepada bidan. Untuk mengetahui keluhan utama tersebut pertanyaan yang diajukan oleh bidan adalah sebagai berikut: “Apa yang ibu rasakan, sehingga ibu datang kemari?”
b)             Riwayat menstruasi
Untuk mengetahui gambaran tentang keadaan dasar dari organ reproduksi pasien/klien.
c)             Menarche
Untuk mengethui usia pertama kalinya mengalami menstruasi.
d)             Siklus Menstruasi
Untuk mengetahui jarak antara menstruasi yang dialami dengan menstruasi berikutnya, dalam hitungan hari. Biasanya sekitar 23 sampai 32 hari.
e)             Volume
Data ini menjelaskan seberapa banyak darah menstruasi yang dikeluarkan. Kadang kita akan kesulitan untuk mendapatkan data yang valid. Sebagai acuan biasanya digunakan criteria banyak, sedang, sedikit. Jawaban yang diberikan oleh pasien biasanya bersifat subjektif, namun kita dapat kaji lebih dalam lagi dengan beberapa pertanyaan pendukung, misalnya sampai berapa kali mengganti pembalut dalam sehari.
f)              Keluhan
Beberapa wanita menyampaikan keluhan yang dirasakan ketika mengalami menstruasi, misalnya nyeri hebat, sakit kepala sampai pingsan, atau jumlah darah yang banyak. Keluhan yang disampaikan oleh pasien dapat menunjuk kepada diagnosis tertentu.
g)             Menstruasi yang Terakhir
Untuk mengetahui prediksi waktu mengenai kapan menstruasi yang akan datang.
h)             Dismenorhea
Untuk mengetahui ketika haid terjadi nyeri atau sulit. Dismenorhea ditandai oleh nyeri mirip kram yang terasa pada abdomen bagian bawah dan kadang-kadang oleh sakit kepala, keadaan mudah tersinggung, depresi mental, keadaan tidak enak badan serta perasaan lelah.
i)               Keteraturan Menstruasi
Untuk mengetahui jarak normal keteraturan menstruasi biasanya 23 sampai 32 hari. Apabila terjadi ketidak teraturan menstruasi pada pasien dapat segera dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui factor-faktor penyebabnya.
j).         Fluor albus
Untuk mengetahui pada umumnya adanya cairan di dalam vagina bertambah dalam kehamilan tanpa sebab-sebab yang patologis dan sering menimbulkan keluhan. Ganococcus menyebabkan flour seperti nanah, Trichomonasvaginalis menyebabkan flour yang putih berbau, sedangkan candida albicans menyebabkan flour dengan gumpalan putih atau kuning dan menyebabkan gatal yang sangat.
k)         Gangguan sewaktu Menstruasi
Untuk mengetahui gangguan apa saja yang dirasakan ketika mengalami menstruasi,misalnya nyeri hebat,sakit kepala sampai pingsan, atau keadaan mudak tersinggung (emosional meningkat). Gangguan yang dialami pasien dapat menunjuk kepada diagnosis tertentu.
3)        Riwayat perkawinan
Perlu ditanyakan untuk mengetahui pengaruh riwayat perkawinan terhadap permasalahan kesehatan pasien/klien. Berapa kali kawin dan berapa lamanya untuk membantu menentukan bagaimana keadaan alat kelamin ibu. Kalau orang hamil sudah lama kawin, nilai anak tentu besar sekali dan ini harus diperhitungkan dalam pimpinan persalinan (anak mahal).
Hal-hal yang perlu ditanyakan kepada pasien/klien mengenai riwayat perkawinannya adalah :
1.               Kawin : …………………..kali
2.             Usia Kawin Pertama ………………………tahun
3.             Status Perkawinan
4.              Lama Pernikahan
4)             Riwayat kehailan dan persalinan
Untuk mengetahui adanya masalah-masalah persalinan kehamilan dan nifas yang lalu. Pertanyaan ini mempengaruhi prognosa persalinan dan persiapan persalinan yang lampau adalah hasil ujian-ujian dari segala faktor yang mempengaruhi persalinan. Mencakup :
§  Jumlah Kehamilan dan kelahiran: G (gravida), P (para), A (abortus), H (hidup)
Data ini digunakan untuk mengetahui riwayat kehamilan dan kelahiran pasien.
§  Golongan Darah
Data ini menjelaskan golongan darah pasien, hal ini dilakukan untuk sumber informasi jika ketika kehamilan atau persalinan mengalami pendarahan penanganan penggantian darah yang keluar melalui transfusi darah lebih cepat dilakukan.
§  Riwayat persalinan
Mencakup jarak antara dua kelahiran, tempat melahirkan, lamanya melahirkan, cara melahirkan. Dengan mengetahui riwayat persalinan, melihat kemungkinan yang dapat terjadi pada ibu hamil saat persalinan sekarang dan mengupayakan pencegahannya dan penanggulangannya.  Jika persalinan dahulu terdapat penyulit seperti perdarahan, sectio saesaria, solusio plasenta, plasenta previa kemungkinan dapat terjadi atau timbul pada persalinan sekarang.
§  Masalah atau gangguan kesehatan yang timbul sewaktu hamil dan melahirkan
Untuk mengetahui masalah atau gangguan kesehatan yang timbul sewaktu hamil dan melahirkan, jika terdapat penyulit diupayakan pencegahannya dan penanggulangannya.
5)             Riwayat nifas
Untuk mengetahui adakah penyakit atau kelainan pada masa nifas yang lalu (perdarahan, feloris).
6)             Riwayat kelahiran anak
a)             Berat bayi sewaktu Lahir
Untuk mengetahui kondisi bayi apakah sehat atau mengalami trauma lahir dimana hal ini terjadi karena trauma pada bayi akibat tekanan mekanik (seperti kompresi dan traksi) selama preses persalianan. Kejadian ini terjadi pada berat badan bayi lebih dari 4.500 gram.
b)             Kelainan Bawaan Bayi
Untuk dapat segera melakukan tindakan preventif pada bayi agar tidak memperparah kondisi.
c)             Jenis Kelamin Bayi
Untuk mengetahui jenis kelamin bayi sebagai dokumentasi.
d)             Status Bayi yang Dilahirkan: hidup atau mati
Bila bayi hidup, bagaimana keadaannya sekarang,
Bila meninggal, apa penyebab kematiannya.
7)             Riwayat Ginekologi
Data ini sangat penting karena akan memberikan petunjuk tentang organ reproduksi pasien. Mencakup: infertilitas, penyakit kelamin, tumor atau kanker sistem reproduksi, operasi ginekologi. Jika didapatkan adanya salah satu atau beberapa riwayat gangguan kesehatan alat reproduksi, maka harus waspada akan adanya kemungkinan gangguan kesehatan alat reproduksi pada masa postpartum.
8)             Riwayat keluarga berencana
Untuk mengetahui apakah ada efek samping setelah penggunaan kontrasepsi, lamanya menggunakan alat kontrasepsi,  alasan pemakaian serta pemberhentian kontrasepsi (bila tidak memakai lagi), serta keluhan selama memakai alat kontrasepsi.

9)             Riwayat kehamilan sekarang
Mencakup waktu mendapat haid terakhir, siklus haid, perdarahan pervaginam, fluor, mual/muntah, masalah kelainan pada kehamilan sekarang, pemakaian obat-obatan/jamu. Anamnesa haid serta siklusnya dapat diperhitungkan tanggal persalinan serta memantau perkembangan kehamilannya serta dengan anamnesa ini dapat diketahui dengan segera adanya kelainan / masalah dalam kehamilan dan dapat ditangani dengan segera.
10)           Riwayat penyakit
Untuk mengetahui riwayat penyakit yang pernah diderita pasien/klien. Informasi ini penting untuk melihat kemungkinan yang dapat terjadi pada ibu hamil dan mengupayakan pencegahannya dan penanggulangannya. (Depkes RI, 1993:65), misal:
a)          Ibu hamil dengan riwayat penyakit hipertensi perlu ditentukan pimpinan persalinan dan kemungkinan bisa menyebabkan transient hipertension.
b)          Ibu hamil dengan riwayat penyakit TBC akut kemungkinan bisa menyebabkan kuman saat persalinan dan bisa menular pada bayi.
c)          Ibu dengan riwayat DM mempunyai pengaruh terhadap persalinannya dan bayi bisa cacat bawaan, janin besar.
d)          Ibu menderita hepatitis kemungkinan besar bayi akan tertular melalui ASI. (Sarwono, 1999:401)
11)               Gambaran penyakit yang lalu
Setelah mengetahui riwayat penyakit pasien/klien, bidan perlu mengetahui gambaran mengenai riwayat penyakit pasien/klien, misal apakah penyakit tersebut parah/tidak, apakah sudah dilakukan tindakan pada penyakit tersebut, dll. Informasi ini penting untuk melihat kemungkinan yang dapat terjadi pada ibu hamil dan mengupayakan pencegahan dan penanggulangannya.
12)                 Riwayat penyakit keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan ibu dan janinnya. Penyakit keluarga yang perlu ditanyakan mencakup penyakit kanker, jantung, hipertensi, diabetes, ginjal, jiwa, kelainan dibawa lahir, kehamilan kembar atau lebih, TBC, epilepsy, penyakit darah, alergi, penyakit yang menyebabkan kematian bagi bapak atau ibu yang telah meninggal.
13)                 Keadaan sosial budaya, ekonomi, dan budaya
Untuk mengetahui keadaan psikososial pasien atau klien perlu ditanyakan antara lain :
·               Jumlah anggota keluarga
·               Dukungan materiil dan moril yang didapat dari keluarga.
·               Kebiasaan-kebiasaan yang menguntungkan kesehatan.
·               Kebiasaan yang merugikan kesehatan.
14)                  Riwayat spiritual
Kemungkinan pasien melakukan ibadah agama dan kepercayaannya dengan baik dan memudahkan kita dalam memberikan asuhan yang sesuai dengan kepercayaan klien.
15)                 Riwayat pikologis
Kemungkinan adanya tanggapan klien dan keluarga yang baik terhadap kehamilan dan persalinan yang ini. Keungkinan pasien dan suaminya mengharapkan dan senang dengan kehamilan ini. Atau kemungkina klien cemas, takut dan gelisah dengan kehamilan ini.
16)                 Kebutuhan dasar
Kemungkinan pemenuhan kebuuhan bio-psiko yang meliputi pemenuhan nutrisi, proses eliminasi, aktifitas sehari-hari, istirahat, personan hygiene, dan kebiasaan-kebiasaan yang dapat mempengaruhi esehatan saat hamil dan bersalin.

2.          DATA OBJEKTIF
Data dikumpulkan melalui pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus.
a)             Pemeriksaan umum
Secara teoritis kemungkinan di temukan gambaran keadaan umum pasien baik, yang mencakup kesadaran, tekanan darah, nadi, nafas, suhu, tinggi badan dan keadaan umum.
b)             Pemeriksaan khusus
1)                  Secara inspeksi, yaitu pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat/memandang dari kepala sampai ujung kaki.
Yang dinilai ialah kemungkinan bentuk tubuh yang normal, kebersihan kulit, rambut, muka, conjunctiva, skelera, hidung dan telinga, mulut, apakah ada caries dentis, stomatitis, karang gigi, leher apakah ada pembesaran kelenjar gondok, payudara apakah simetris kiri dan kanan, keadaan putting susu menonjol atau tidak, colostrums ada atau tidak, perut membesar sesuai dengan tua kehamilan, apakah ada bekas luka operasi, vulva apakah bersih, ada varises atau tidak, oedema dan pengeluaran dari vagina. Anus apakah ada haemorhoid, extremitas atas dan bawah apakah ada kelainan.
2)                Secara palpasi, yaitu pemeriksaan yangdilihat dengan cara meraba.
Dengan cara menggunakan cara Leopold, kemungkinan yang ditemukan ialah :
Leopold I                       : tinggi fundu uteri dalam cm, pada fundus kemungkinan teraba  bagian kepala, bokong atau lainnya.
Leopold II                      :pada dinding perut sebelah kanan atau kiri ibu kemungkinan teraba punggung, anggota gerak atau bokong, kepala.
Leopold III     :teraba bantalan pada segmen bawah rahim
Leopold IV                     :bagian terbawah janin belum masuk PAP, karena terhambat oleh placenta yang letaknya di segmen bawah rahim.
3)                Secara auskultasi
Kemungkinan dapat terdengar bunyi jantng janin, frekuensinya, teratur atau tidak dan posisi puctum maksimum.
4)                Secara perkusi
Kemungkinan refleks patella kiri dan kanan positif.
5)                Pemeriksaan ukuran panggul
Kemungkinan normal dengan pengukuran jangka panggul.
6)                Pemeriksaan tafiran berat badan janin (TBJ)
Kemungkinan berat janin normal, dengan menggunakan rumus:
(TFU dlm cm – 13) x 155
Kemudian ditambah 375 untuk lingkaran abdomen yang lebih dari 100cm.
3.          PEMERIKSAAN PENUNJANG
a)             Laboratorium
Darah          :Hb, Haematokrit, golongan darah, kadar estriol.
Disini kemunginan Hb ibu rendah yan disebabkan oleh perdarahan pervaginam.
Urine           :kemungkinan ditemui protein aceton, dan kadar estriol yang berkurang, reduksi.
b)             USG
Kemungkinan keadaan janin hidup  dan dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak plasenta atau jarak tepi plasenta terhadap ostium.

c)             Pemeriksaan inspekkulo
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan berasal dariosteum uteri eksternum atau dari kelainan serviks atau vagina, seperti erosio porsionis uteri, karsinoma porsionis uteri, polipus servisis uteri, varises vulvadan trauma. Apabila perdarahan berasal dari osteum uteri eksternum, adanya plasenta previa harus dicurigai. Dilakukan pemeriksaan ini jika perdarahantelah berhenti.
Secara hati-hati dan benar, dapat menentukansumber perdarahan dari karnalis servisis atau sumber lain (servisitis, polip,keganasan, laserasi/troma).

d)             Pemeriksaan CTG (kardiografi)
Pemeriksaan ini bertujuan untuk memantau detak jantung janin, hasil pemantauan detak jantung janin, tergantung dari jumlah dan cepatnta kehilangan darah meternal sehingga dapat mempengaruhi sirkulasi retroplasenter yang selanjutnya akan langsung mempengaruhi nutrisi dari pertukaran O2/CO2 intraplasenta.
B.                   Langkah II (Interpretasi Data Dasar)
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap masalah atau diagnosadan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.
Berdasarkan kasus ini, maka kemungkinan interpretasi data yang timbul adalah ;
a.                    Diagnosa Kebidanan
Kehamilan dengan plasenta previa, G…, P…, A…, H….
Dasar :
1.         Ada pengeluaran darah pervaginam
2.       Pada saat palpasi dirasakan ada suatu bantalan yang mengganjal pada segmen bawah rahim
3.        Bagian terbawah janin belum turun
4.         Dijumpai kesalahan letak janin yaitu bukan presentasi kepala
5.        Tidak terdapat nyeri tekan pada saat palpasi
6.       Leopold I  : T Fut, TBBJ
7.        Leopold II : Puki, Puka atau lainnya (letak sungsang atau letak lintang)
8.       Leopold III: Teraba bantalan pada segmen bawah rahim
9.       Leopold IV: Bagian terbawah janin belum masuk PAP
10.      DJJ  : (+)
11.        HB  : <dari 10 gr%
12.       Ibu mengatakan hamil anak...
b.                    Masalah
Masalah yang kemungkinan timbul adalah kecemasan dan gamgguan sehubungan dengan terjadinya perdarahan     pervaginam karena adanya plasenta previa.
Dasar : ibu mengatakan cemas karena darah yang keluar dari kemaluannya.
                Terjadi perdarahan secara tiba-tiba.
c.                    Kebutuhan
1)         Penyuluhan tentang istirahat ibu
Dasar : dari TTV dan KU ibu yang kurang baik
2)        Anjurkan ibu untuk istirahat total / tirah baring
Dasar : agar ibu tidak kelelahan yang dapat menyebabkan KU ibu kurang baik.
3)       Jangan banyak melakukan gerakan atau aktifitas
Dasar : jika ibu kelelahan dapat enyebabkan KU ibu urang dan dapat menyebabkan perdarahan pervaginan yang keluar bertambah banyak.
4)       Dukungan psikologi
Dasar : karena ibu mengatakan cemas dengan darah yang keluar dari kemaluannya
5)       Kebersihan vulva
Dasar : pencegahan infeksi dan rasa nyaman
6)       Hidrasi
Dasar : kebutuhan cairan dan nutrisi sangat penting apalagi jika ibu anemia
7)       Rasa nyaman
Dasar : karena perdarahan pervaginam yang ibu alami.

C.                   Langkah III ( Mengidentifikasi Diagnosa Atau Masalah Potensial)
Kemungkinan diagnosa atau masalah potensial yang timbul :
1.                     Potensial terjadi perdarahan antepartum pada ibu
Dasar : karena letak plasenta yang abnormal yaitu di segmen bawah rahim.
2.                    Potensial terjadi gawat janin
Dasar : karena perdarahan pervaginam dalam jumlah dan cepatnya perdarahan yang hilang akibat plasenta previa dapat mengganggu sirkulasi umum maternal.
3.                   Potensial terjadi aspeksia pada bayi
Dasar : hasil pemantauan detak jantung janin, tergantung dari jumlah dan cepatnya kehilangan darah maternal sehingga dapat mempengaruhi nutrisi dan pertukaran O2/CO2 intraplasenta.

D.                   Langkah IV (Identifikasi Kebutuhan Yang Memerlukan Penangan Segera)
Kemungkinan tindakan segera pada kasus kehamilan/persalinan dengan plasenta previa antara lain :  
1.          Kolaborasi dengan doktersegera mungkin jika terjadi komplikasi yang lebih hebat
2.        Penatalaksanaan perdarahan antepartum
3.        Penatalaksanaan aspeksia pada BBL

E.                    Langkah V (Merencanakan Asuhan Yang Menyeluruh)
Langkah ini merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasikan atau merupakan lanjutan dari setiap masalah yang berkaitan dengan kerangka pedoman tentang apa yang akan terjadi berikutnya, penyuluhan, konseling dan rujukan untuk masalah sosial, ekonomi, kultural, atau masalah psikologis bila diperlukan. Suatu rencana asuhan harus di setujui oleh kedua belah pihak baik bidan maupun klien agar perencanaan dapat dilakukan dengan efektif. Semua keputusan harus bersifat rasional dan valid berdasarkan teori serta asumsi yang berlaku tentang apa yang akan dan tidak dilakukan.
Adapun rencana asuhan yang dibutuhkan pasien dalam kasus ini yaitu:
a.        Rawat pasien di kamar bersalin untuk memantau proses persalinan.
b.        Jelaskan pada ibu dan keluarga mengenai hasil pemeriksaan.
c.        Buat tanda persetujuan tertulis untuk perawatan dan tindakan pasien di rumah sakit dan jelaskan tentang peraturan kamar bersalin.
d.        Bina hubungan saling percaya dengan pasien.
e.        Berikan ibu dukungan psikologis
f.         Penyuluhan tentang kebutuhan gizi dan nutrisi pada ibu hamil
g.        Pemenuhan kebutuhan cairan dan nutrisi
h.        Pantau keadaan umum ibu, vital sign, dan perdarahan pervaginam.
i.         Pantau BJJ dengan fetoskop.
j.         Anjurkan ibu untuk tetap istirahat baring (bed rest)
k.        Berikan ibu terapi obat sesuai dengan anjuran dokter
l.         Catat intake dan output ibu
m.      Kolaborasi dengan tim medis (dokter atau obgyn) untuk tindakan selanjutnya.

















BAB IV
PENUTUP
A.       Kesimpulan
Plasenta previa adalah implantasi plasenta di sekitar osteum uteri internum yang dapat berakibat perdarahan pada kehamilan di atas 22 minggu (Manuaba, 2007)
Plasenta previa adalah keadaan plasenta berimplantasi rendah pada segmen bawah rahim, meutupi atau tidak menutupi ostium uteri internum pada usia kehamilan lebih dari 20 minggu dan janin mampu hidup diluar rahim (Sumapraja dan Rachimhadi, 2007).
Plasenta previa adalah komplikasi obstetri yang terjadi pada trimester kedua dan ketiga kehamilan. Hal itu dapat menyebabkan kematian yang serius baik bagi janin dan ibu. Ini adalah salah satu penyebab utama perdarahan vagina pada trimester kedua dan ketiga (Patrcik, 2009).
Penyebab plasenta previa secara pasti masih sulit ditentukan, tetapi ada beberapa factor yang meningkatkan resiko terjadinya olaenta previa. Misalnya bekas operasi rahim (bekas sesar atau operasi mioma), sering mengalami infeksi rahim (radang panggul), kehamilan ganda, atau kelainan bawah rahim. Dan meningkat juga pada grande multipara, primigravida tua, bekas operasi, leioma uteri dan wanita perokok karena zat rokok kemungkinan menyebabkan plasenta besar.sering juga terjadi pada multigravida dengan kehamilan setelah 2 minggu.

B.       Saran
Dengan makalah ini diharapkan kepada pembaca khususnya tenaga kesehatan bisa menambahkan pengetahuannya tentang “KONSEP DASAR MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA KASUS PLASENTA PREVIA”. 













DAFTAR PUSTAKA
Cunningham FG. 2006. Obstetri William Vol. 1. Jakarta: EGC. pp: 685-704.
Fadlun, Feryanto Achmad, 2011. Asuhan Kebidanan IV Patologi, Jakarta: Trans info media.
Manuaba prof.dr.ida bagus Gde ,dkk.2007. Pengantar Kuliah Obstetri, Jakarta: Buku Kedokteran EGC


Tidak ada komentar:

Posting Komentar