BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.
Pengertian
Plasenta
previa adalah implantasi plasenta di sekitar osteum uteri internum yang dapat
berakibat perdarahan pada kehamilan di atas 22 minggu (Manuaba, 2007)
Plasenta
previa adalah keadaan plasenta berimplantasi rendah pada segmen bawah rahim,
meutupi atau tidak menutupi ostium uteri internum pada usia kehamilan lebih
dari 20 minggu dan janin mampu hidup diluar rahim (Sumapraja dan Rachimhadi,
2007).
Plasenta
previa adalah komplikasi obstetri yang terjadi pada trimester kedua dan ketiga
kehamilan. Hal itu dapat menyebabkan kematian yang serius baik bagi janin dan
ibu. Ini adalah salah satu penyebab utama perdarahan vagina pada trimester
kedua dan ketiga (Patrcik, 2009).
B.
Etiologi
Penyebab
plasenta previa secara pasti masih sulit ditentukan, tetapi ada beberapa factor
yang meningkatkan resiko terjadinya olaenta previa. Misalnya bekas operasi
rahim (bekas sesar atau operasi mioma), sering mengalami infeksi rahim (radang
panggul), kehamilan ganda, atau kelainan bawah rahim. Dan meningkat juga pada
grande multipara, primigravida tua, bekas operasi, leioma uteri dan wanita
perokok karena zat rokok kemungkinan menyebabkan plasenta besar.sering juga
terjadi pada multigravida dengan kehamilan setelah 2 minggu.
Menurut
Sheiner (2001) etiologi plasenta previa sampai saat ini belum diketahui secara
pasti, namun ada beberapa teori dan faktor risiko yang berhubungan dengan
plasenta previa, diantaranya:
1)
Ovum yang dibuahi tertanam sangat rendah
di dalam rahim, menyebabkan plasenta terbentuk dekat dengan atau di atas
pembukaan serviks.
2)
Lapisan rahim (endometrium)
memiliki kelainan seperti fibroid atau jaringan parut (dari previa sebelumnya,
sayatan, bagian bedah caesar atau aborsi).
3)
Hipoplasia endometrium : bila kawin dan
hamil pada umur muda.
4)
Korpus luteum bereaksi lambat, dimana
endometrium belum siap menerima hasil konsepsi.
5)
Tumor-tumor, seperti mioma uteri, polip
endometrium.
6)
Plasenta terbentuk secara tidak normal.
7)
Kejadian plasenta previa tiga kali lebih
sering pada wanita multipara daripada primipara. Pada multipara, plasenta
previa disebabkan vaskularisasi yang berkurang dan perubahan atrofi pada
desidua akibat persalinan masa lampau. Aliran darah ke plasenta tidak cukup dan
memperluas permukaannnya sehingga menutupi pembukaan jalan lahir (Sumapraja dan
Rachimhadi, 2005).
8)
Ibu merokok atau menggunakan kokain.
9)
Ibu dengan usia lebih tua.
Risiko plasenta previa
berkembang 3 kali lebih besar pada perempuan di atas usia 35 tahun dibandingkan
pada wanita di bawah usia 20 tahun (Sheiner, 2001). Hasil penelitian Wardana
(2007) menyatakan usia wanita produktif yang aman untuk kehamilan dan
persalinan adalah 20-35 tahun. Diduga risiko plasenta previa meningkat dengan
bertambahnya usia ibu, terutama setelah usia 35 tahun. Plasenta previa
merupakan salah satu penyebab serius perdarahan pada periode trimester ke III.
Hal ini biasanya terjadi pada wanita dengan usia lebih dari 35 tahun (Varney,
2006). Prevalensi plasenta previa meningkat 3 kali pada umur ibu > 35 tahun.
Plasenta previa dapat terjadi pada umur diatas 35 tahun karena endometrium yang
kurang subur dapat meningkatkan kejadian plasenta previa (Manuaba, 2008). Hasil
penelitian Wardana (2007) menyatakan peningkatan umur ibu merupakan faktor
risiko plasenta previa, karena sklerosis pembuluh darah arteli kecil dan
arteriole miometrium menyebabkan aliran darah ke endometrium tidak merata
sehingga plasenta tumbuh lebih lebar dengan luas permukaan yang lebih besar,
untuk mendapatkan aliran darah yang adekuat.
Disamping
banyak penyebab plasenta previa yang belum diketahui atau belum jelas, bermacam-macam
teori dan faktor-faktor dikemukakan sebagai etiologinya.
1.
Endometrium yang inferior
2.
Chorion leave persisten
3.
Korpus luteus yang bereaksi lambat.
C.
Patofisiologi
Letak
plasenta biasanya umumnya di depan atau di belakang dinding uterus, agak ke
atas ke arah fundus uteri. Hal ini adalah fisiologis karena permukaan bagian
atas korpus uteri lebih luas, sehingga lebih banyak tempat untuk berimplantasi.
Di tempat-tempat tertentu pada implantasi plasenta terdapat vena-vena yang
lebar (sinus) untuk menampung darah kembali. Pada pinggir plasenta di beberapa
tempat terdapat suatu ruang vena yang luas untuk menampung darah yang berasal
dari ruang interviller di atas. Darah ibu yang mengalir di seluruh plasenta
diperkirakan naik dari 300 ml tiap menit pada kehamilan 20 minggu sampai 600 ml
tiap menit pada kehamilan 40 minggu. Perubahan-perubahan terjadi pula pada
jonjot-jonjot selama kehamilan berlangsung. Pada kehamilan 24 minggu lapisan
sinsitium dari vili tidak berubah akan tetapi dari lapisan sitotropoblast
sel-sel berkurang dan hanya ditemukan sebagai kelompok-kelompok sel-sel; stroma
jonjot menjadi lebih padat, mengandung fagosit-fagosit, dan pembuluh-pembuluh
darahnya lebih besar dan lebih mendekati lapisan tropoblast (Kay, 2003).
Perdarahan antepartum yang disebabkan oleh plasenta previa umumnya terjadi pada
triwulan ketiga karena saat itu segmen bawah uterus lebih mengalami perubahan berkaitan
dengan semakin tuanya kehamilan. Menurut Manuaba (2008) Implantasi plasenta di
segmen bawah rahim dapat disebabkan :
1.
Endometrium di fundus uteri belum siap
menerima implantasi
2.
Endometrium yang tipis sehingga
diperlukan perluasan plasenta untuk mampu memberikan nutrisi janin
3.
Villi korealis pada korion leave yang
persisten
Menurut
Davood (2008) Sebuah penyebab utama perdarahan trimester ketiga, plasenta
previa memiliki tanda yang khas, yaitu pendarahan tanpa rasa sakit. Pendarahan
diperkirakan terjadi dalam hubungan dengan perkembangan segmen bawah uterus
pada trimester ketiga.
Dengan
bertambah tuanya kehamilan, segmen bawah uterus akan lebih melebar lagi, dan
serviks mulai membuka. Apabila plasenta tumbuh pada segmen bawah uterus,
pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan serviks tidak dapat diikuti oleh
plasenta yang melekat disitu tanpa terlepasnya sebagian plasenta dari dinding
uterus. Pada saai itu mulailah terjadi perdarahan. Darahnya berwarna merah
segar berlainan dengan darah yang disebabkan solusio plasenta yang berwarna
kehitam-hitaman. Sumber perdarahannya ialah sinus uterus yang terobek karena
terlepasnya plasenta dari dinding uterus, atau karena robekan sinus marginalis
dari plasenta. Perdarahannnya tak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan
serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi menghentikan perdarahan
itu, tidak sebagaimana serabut otot uterus menghentikan perdarahan pada kala
III dengan plasenta yang letaknya normal. Makin rendah letak plasenta, makin
dini perdarahan terjadi. Oleh karena itu, perdarahan pada plasenta previa
totalis akan terjadi lebih dini daripada plasenta letak rendah yang mungkin
baru berdarah setelah persalinan mulai (Oxorn, 2003).
D.
Gambaran klinik
Kay (2003) menyebautkan
bahwa gejala plasenta previa mencakup satu atau kedua hal berikut:
1.
Tiba-tiba, tanpa rasa sakit pendarahan
vagina yang berkisar dari ringan sampai berat. Darah sering berwarna merah
terang. Pendarahan dapat terjadi pada awal minggu ke-20 kehamilan tetapi yang
paling umum selama trimester ketiga.
2.
Gejala persalinan prematur. Satu dari 5 wanita
dengan tanda-tanda plasenta previa juga memiliki kontraksi rahim.
Perdarahan
plasenta previa mungkin taper off dan bahkan berhenti untuk sementara.
Tapi itu hampir selalu dimulai lagi hari atau minggu kemudian. Beberapa wanita
dengan plasenta previa tidak memiliki gejala apapun. Dalam kasus ini, plasenta
previa hanya dapat didiagnosis oleh USG dilakukan untuk alasan lain (Kay,
2003).
Apabila
janin dalam presentasi kepala, kepalanya akan di dapatkan belum masuk ke dalam
pintu-atas panggul yang mungkin karena plasenta previa sentralis; mengolak ke
samping karena plasenta previa posterior; atau bagian terbawah janin sukar
ditentukan karena plasenta previa anterior. Tidak jarang terjadi kelainan
letak, seperti letak lintang atau letak sungsang (Scearce, 2007).
E.
Klasifikasi Plasenta Previa
Plasenta previa diklasifikasikan oleh Patrick (2009)
menjadi beberapa jenis:
1.
Plasenta previa totalis
Ostium uteri internum tertutup seluruhnya oleh
plasenta.
2.
Placenta previa parsialis
Ostium uteri internum tertutup sebagian oleh
plasenta.
3.
Plasenta previa marginalis
Pinggir bawah plasenta sampai pada pinggir ostium
uteri internum.
4.
Plasenta previa letak rendah
Terjadi jika plasenta tertanam di segmen bawah uterus.
Plasenta
previa diklasifikasikan oleh Manuaba (2007) menjadi beberapa jenis:
1.
Plasenta previa marginalis
Jika implantasi plasenta
di sekitar osteum uteri internum, dengan ujungnya berada pada tepi osteum
internum pada pembukaan serviks 2 cm.
2.
Plasenta previa lateralis
Implantasi plasenta
sebagian menutupi osteum uteri internum pada pembukaan serviks 2 cm.
3.
Plasenta previa totalis
Implantasi plasenta
menutupi seluruh osteum uteri internum pada pembukaan 2 cm.
Plasenta previa
sentralis merupakan salah satu bentuk plasenta previa totalis, dengan pusat
plasenta identik dengan sumbu kanalis servikalis pada pembukaan 2 cm.
4.
Plasenta previa letak rendah
Implantasi plasenta di bagian bawah
uterus sehingga tepinya dapat diraba dengan jari pada pembukaan 2 cm (ujungnya
sekitar 4 cm dari osteum uteri internum).
Kalsifikasi
perdarahan pada pasien hamil dengan plasenta previa (Manoaba 2007)
Kelas
Perdarahan
|
Predarahan
Akut
|
Persentase
Kehilangan
Darah
|
1
|
900
|
15
|
2
|
1.200-1.500
|
20-25
|
3
|
1.800-2.100
|
30-35
|
4
|
2.400
|
40
|
F.
Diagnosis Plasenta Previa
Gejala klinik plasenta previa dijabarkan sebagai
berikut.
1.
Perdarahan
a.
Perdarahan terjadi akibat terbentuknya
segmen bawah rahim yang menimbulkan pergeseran dan lepasnya plasenta dari
implantasi.
b.
Bagian plasenta di depan osteum uteri
memungkinkan terjadinya perdarahan.
c.
Perdarahn dapat berulang, tergantung dari
luas plasenta yang lepas dan lingkar lumen osteum uteri.
d.
Perdarahan tidak dirasakan sakit.
e.
Perdarahan yang terjadi akibat plasenta
previa totalis lebih banyak daripada akibat plasenta previa lainnya.
f.
Tergantung jumlah dan cepatnya perdarahan
yang hilang dari sirkulasi umum maternal, akan dapat menimbulkan:
§ Gejala
perdarahan tergantung jumlah dan cepatnya kehilangan darah dari sirkulasi umum:
-
Terjadi perubahan hemodinamik sirkulasi.
-
Terjadi gawat janin.
§ Gejala
klinik yang terjadi sesuai dengan jumlah dan cepatnya kehilangan darah maternal
dapat disesuaikan dengan kelas hilangnya darah.
-
Perdarahan tidak menimbulkan tekanan
intra uteri bertambah sehingga masih dapat dilakukan pemeriksaan palpasi.
2.
Tertutupnya segmen bawah rahim oleh
plasenta.
a.
Tertutupnya bagian bawah uterus oleh
plasenta sehingga menghalangi masuknya bagian terendah janin sehingga masih
“mengambang” di atas pintu atas panggul.
b.
Dapat menimbulkan kelainan letak janin:
§ Letak
sungsang
§ Letak
lintang
§ Kepala
belum masuk PAP atau miring
Dengan mengetahui patofisiologi yang menimbulkan gejala klinik, maka diagnosisnya
dapat berdasarkan:
1.
Anamnesis perdarahan
a.
Perdarahan yang terjadi tanpa rasa sakit.
b.
Dapat sedikit demi sedikit atau dalam
jumlah banyak.
c.
Dapat berulang-ulang, sebelum persalinan
berlangsung.
d.
Cepatnya dan jumlah darahnya yang hilang
dapat menimbulkan gejala klinik pada ibu dan pada janin.
2.
Pemeriksaan fisik
a.
Pemeriksaan umum
Hasil pemeriksaan umum
tergantung penggolongan kehilangan darah, yaitu kelas I s.d. IV. Jika sudah
diketahui kelas kehilangan darah, dapat direncanakan:
§ Cairan
pengganti untuk sementara.
Pemberian
cairan koloid.
§ Transfusi
darah sesuai dengan kehilangan darah atau minimal Hb mencapai 10g%.
Dapat
diberikan obat simtomatik sesuai gejala penyerta dan antibiotik profilaksis
dengan dosis adekuat.
b.
Pemeriksaan obstetri
§ Palpasi
abdomen
-
Bagian terendah janin belum masuk PAP,
mengambang karena sekitar osteum uteri tertutup oleh jaringan plasenta.
-
Terdapat kelainan janin intrauteri:
o
Letak sungsang
o
Letak lintang
o
Bagian terendah miring
-
Dinding abdomen tidak tegang atau kaku
sehingga mudah melakukan pemeriksaan janin intrauteri dengan palpasi.
c.
Pemeriksaan auskultasi
-
Pemeriksaan auskultasi dapat dilakukan
dengan findoskopi Laenek, untuk mendengarkan detak jantung janin.
-
Pemeriksaan menggunakan Doppler sehingga
detak jantung janin dapat didengar oleh ibu.
-
Merekam detak jantung janin dengan
menggunakan CTG (kardiotokografi).
Hasil
pemantauan detak jantung janin, tergantung dari jumlah dan cepatnya kehilangan
darah maternal sehingga dapat mempengaruhi sirkulasi retroplasenter yang
selanjutnya akan langsung mempengaruhi nutrisi dan pertukaran O2/CO2
intraplasenta.
Dengan
demikian, pada janin di dalam uterus dapat terjadi:
§ Tidak
terjadi perubahan apa pun karena terjadi perdarahan kelas I sehingga masih
dapat dikompensasi oleh ibu.
§ Terjadi
asfiksia ringan sampai berat yang dapat direka oleh CTG intermiten atau
terus-menerus.
§ Keadaan
anemia begitu berat sehingga janin intrauteri tidak mungkin ditolong lagi.
d.
Pemeriksaan dalam
Sejak penggunaan
ultrasonografi secara luas dalam bidang obstetrik, kehamilan dengan perdarahan
tidak terlalu banyak dilkukan pemeriksaan dalam. Menghndari pemeriksaan dalam
bertujuan untuk mengerangi kemungkinan bertambahnya perdarahan.
Sebelum
penggunaan ultrasonografi, pemeriksaan dalam merupakan tindakan yang harus
dilakukan untuk:
§ Menegakkan
diagnosis pasti jenis plasenta previa.
-
Melakukan pemeriksaan dengan spekulum
sehingga keluarnya darah dari osteum uteri dapat dilihat dengan jelas.
-
Melakukan perabaan fornises, akan
terdapat bantalan antara bagian terendah janin dengan dinding segmen bawah
rahim, yang menunjukkan adanya plasenta previa.
-
Melakukan pemeriksaan pada kanalis srvikalis
untuk menegakkan diagnosis pasti jenis plasenta previa:
o
Plasenta previa marginalis
o
Plasenta previa parsialis
o
Plasenta previa totalis
o
Plasenta previa rendah
Sesuai
pembukaan yang ada saat itu.
§ Melakukan
pemecahan ketuban pada pasien plasenta previa, marginalis atau parsialis, sehingga bagian terendah janin
dapat bertindak sebagai pamponade. Indikasi pemecahan ketuban, yaitu:
-
Plasenta previa marginalis/parsialis:
o
Janin telah meninggal, pemecahan ketuban untuk
menghetikan perdarahan yang banyak untuk menyelamatkan jiwa ibu.
o
Kehamilan aterm janin hidup, untuk
induksi persalinan.
-
Pada plasenta previa marginalis/parsialis
untuk persiapan tindakan operatif selanjutnya agar perdarahan segera berhenti:
o
Versi Braxton Hicks
o
Pemasangan cunam Willet
Syarat
utama yang paling penting sebagai persiapan untuk melakukan pemeriksaan dalam
adalah:
§ Dilakukan
di atas meje operasi.
§ Tim
operasi telah siap untuk melakukan tindakan jika terdapat indikasi segera,
antara lain:
o
Perdarahan bertambah banyak
o
Plasenta previa totalis
§ Tindakan
operasi yang dilakukan bertujuan menyelamatkan jiwa maternal tanpa memandang
janin intrauteri.
e.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang sangat penting untuk dapat:
§ Memastikan
diagnosis plasenta previa.
§ Menetapkan
kondisi umum dan khusus fetus dan maternal dengan pemeriksaan laboratorium
sehingga sikap pasti dapat ditentukan:
Pemeriksaan penunjang
tersebut adalah:
§ Pemeriksaan
ultrasonografi.
Pemeriksaan
ultrasonografi sangat banyak digunakan serta untuk membantu menegakkan
diagnosis dan letak plasenta previa sehingga rencana pertolongan persalinan
dapat ditetapkan.
Bahkan
diagnosis plasenta previa sudah dapat ditegakkan pada usia kehamilan urang dari
20 minggu sehingga ibu hamil dapat diberikan nasihat untuk memerhatikan
kemungkinan perdarahan antepartum.
Selain
itu, terminasi kehamilan sudah dapat direncanakan sebelum terjadi perdarahan
sehingga tercapai hasil: well born baby
and well health mother, tanpa banyak
kehilangan darah.
Seperti
diketahui bahwa pemeriksaan ultrasonografi dilakukan sebanyak empat kali selama
kehamilan agar implantasi plasenta dengan plasenta previa sudah dapat
diketahui. Untuk selanjutnya dapat diberikan KIE dan motivasi sehingga dapat
menerima rencana terminasi persalinan dengan cara:
-
Memecahkan ketuban tanpa atau dengan
induksi persalinan, atau
-
Langsung dilakukan seksio sesarea.
Perlu
diketahui bahwa implantasi plasenta previa di dinding belakang uterus dianggap
“dangerous placenta” karena dalam
perjalan persalinan dapat terjadi rupture uteri iminens/ruptur uteri dengan
gejala yag sedikit tersembunyi.
f.
Periksaan laboratorium.
Pada
kasus perdarahan antepartum sangat penting dilakukan pemeriksaan antepartum.
G.
Komplikasi
Berikut ini adalah kemungkinan
komplikasi plasenta previa oleh Usta (2005) :
1)
Pertumbuhan janin lambat karena pasokan
darah yang tidak mencukupi
2)
Anemia janin
3)
Janin yang tertekan akibat rendahnya
pasokan oksigen
4)
Shock dan
kematian ibu jika pendarahan berlebihan
5)
Infeksi dan pembentukan bekuan darah
6)
Kehilangan darah yang membutuhkan
transfusi
7)
Prematur, pengiriman sebelum minggu ke-37 kehamilan, yang biasanya menimbulkan
risiko terbesar pada janin (Cunningham, 2006).
8)
Cacat lahir. Cacat lahir terjadi 2,5 kali lebih sering pada kehamilan yang dipengaruhi
oleh plasenta previa daripada kehamilan tidak terpengaruh. Penyebab saat ini
tidak diketahui (Cunningham, 2006).
H.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Plasenta Previa Menurut
Scearce (2007)
1)
Terapi ekspektatif (pasif) Tujuan
ekspektatif ialah supaya janin tidak terlahir prematur, penderita dirawat tanpa
melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis servisis. Upaya diagnosis dilakukan
secara non invasif. Pemantauan klinis dilakukan secara ketat dan baik.
Syarat-syarat
terapi ekspektatif:
a.
Kehamilan preterm dengan perdarahan
sedikit yang kemudian berhenti.
b.
Belum ada tanda-tanda in partu.
c.
Keadaan umum ibu cukup baik (kadar
hemoglobin dalam batas normal).
d.
Janin masih hidup.
2)
Terapi aktif
Wanita
hamil di atas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif dan banyak,
harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa memandang maturitas janin. Cara
menyelesaikan persalinan dengan plasenta previa
a.
Seksio sesarea
Prinsip utama
dalam melakukan seksio sesarea adalah untuk menyelamatkan ibu, sehingga walaupun
janin meninggal atau tak punya harapan untuk hidup, tindakan ini tetap
dilakukan.
b.
Melahirkan pervaginam
Perdarahan
akan berhenti jika ada penekanan pada plasenta. Penekanan tersebut dapat
dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
§ Amniotomi
dan akselerasi
Umumnya dilakukan pada plasenta previa
lateralis/marginalis dengan pembukaan > 3 cm serta presentasi kepala. Dengan
memecah ketuban, plasenta akan mengikuti segmen bawah rahim dan ditekan oleh
kepala janin. Jika kontraksi uterus belum ada atau masih lemah, akselerasi
dengan infus oksitosin
§ Versi
Braxton Hicks
Tujuan melakukan versi Baxton Hicks ialah
mengadakan tamponade plasenta dengan bokong (dan kaki) janin. Versi Braxton
Hicks tidak dilakukan pada janin yang masih hidup
§ Traksi
dengan Cunam Willet
Kulit kepala janin dijepit dengan Cunam
Willet, kemudian beri beban secukupnya sampai perdarahan berhenti. Tindakan ini
kurang efektif untuk menekan plasenta dan seringkali menyebabkan pendarahan
pada kulit kepala. Tindakan ini biasanya dikerjakan pada janin yang telah
meninggal dan perdarahan tidak aktif
Menurut
Manuaba (2008) Plasenta previa dengan perdarahan merupakan keadaan darurat
kebidanan yang memerlukan penanganan yang baik. Bentuk pertolongan pada
plasenta previa adalah:
1.
Segera melakukan operasi persalinan untuk
dapat menyelamatkan ibu dan anak untuk mengurangi kesakitan dan kematian
2.
Memecahkan ketuban di atas meja operasi
selanjutnya pengawasan untuk dapat melakukan pertolongan lebih lanjut
3.
Bidan yang menghadapi perdarahan plasenta
previa dapat mengambil sikap melakukan rujukan ke tempat pertolongan yang
mempunyai fasilitas yang cukup.
I.
Pemeriksaan Penunjang
o
USG
o
HB
o
CTG (kardiografi)
BAB III
KONSEP MANAJEMENT ASUHAN KEBIDANAN
Proses manajemen kebidanan
merupakan proses pemecahan masalah agar pelayanan yang komprehensif dapat
tercapai. Proses manajemen terdiri dari tujuh langkah disempurnakan secara
periodik. Proses dimulai dari pengumpulan data dasar yang berakhr dengan evaluasi.
Kutujuh langkah tersebut membentuk kerangka lengkap yang dapat diaplikasikan
dalam semua situasi. Akan tetapi, setiap langkah-langkah dapat dipecah menjadi
langkah-langkah tertentu dan bias berubah sesuai dengan bagaimana keadaan
pasien.
Tetapi disini hanya lima langkah
saja yang akan di bahas yaitu dari pengumpulan data sampai pada Perencanaan
asuhan.
Pembahasan dari kelima langkah
tersebut adalah :
A.
Langkah I (Pengkajian)
1.
DATA
SUBJEKTIF
1)
Biodata atau
identitas pasien:
a)
Istri
§ Nama
Perlu ditanyakan agar tidak keliru
bila ada kesamaan nama dengan klien.
§ Umur
Perlu ditanyakan untuk mengetahui
pengaruh umur terhadap permasalahan kesehatan pasien/klien. Dalam kurun waktu
reproduksi sehat, dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah
20-35 tahun.
§ Alamat
Ditanyakan untuk maksud mempermudah
hubungan bila diperlukan bila keadaan mendesak. Dengan diketahuinya alamat
tersebut, bidan dapat mengetahui tempat tinggal pasien/klien dan lingkungannya.
Dengan tujuan untuk memudahkan menghubungi keluarganya, menjaga kemungkinan
bila ada nama ibu yang sama, untuk dijadikan petunjuk saat kunjungan rumah.
§ Pekerjaan
Ditanyakan untuk mengetahui
kemungkinan pengaruh pekerjaan terhadap permasalahan kesehatan pasien/klien.
Dengan mengetahui pekerjaan pasien/klien, bidan dapat mengetahui bagaimana
taraf hidup dan sosial ekonominya agar nasehat bidan sesuai, juga mengetahui
apakah pekerjaan mengganggu atau tidak, misalnya bekerja di pabrik rokok,
mungkin yang dihisap akan berpengaruh pada janin.
§ Agama
Ditanyakan untuk mengetahui
kemungkinan pengaruhnya terhadap kebiasaan kesehatan pasien. Dengan
diketahuinya agama pasien/klien, akan memudahkan bidan melakukan pendekatan di
dalam melaksanakan asuhan kebidanan.
§ Pendidikan
Ditanyakan untuk mengetahui tingkat
intelektualnya. Tingkat pendidikan mempengaruhi sikap perilaku kesehatan
seseorang.
§ Status Perkawinan
Pertanyaan ini dilakukan untuk
mengetahui kemungkinan pengaruh status perkawinan terhadap masalah kesehatan.
Bila diperlukan ditanyakan tentang perkawinan keberapa kalinya.
§ Suku/Ras
Ditanyakan untuk mengetahui
kemungkinan pengaruhnya terhadap kebiasaan kesehatan pasien/klien. Dengan
diketahuinya suku/ras pasien/klien, akan memudahkan bidan melakukan pendekatan
di dalam melaksanakan asuhan kebidanan.
b)
Suami
§ Nama
Perlu
ditanyakan agar tidak keliru bila ada kesamaan nama dengan klien.
§ Umur
Perlu
ditanyakan untuk mengetahui pengaruh umur terhadap permasalahan kesehatan
pasien/klien.
§ Alamat
Ditanyakan
untuk maksud mempermudah hubungan bila diperlukan bila keadaan mendesak. Dengan
tujuan untuk memudahkan menghubungi suami pasien/klien.
§ Pekerjaan
Ditanyakan
untuk mengetahui kemungkinan pengaruh pekerjaan suami terhadap permasalahan
kesehatan pasien/klien. Dengan mengetahui pekerjaan suami pasien/klien, bidan
dapat mengetahui bagaimana taraf hidup dan sosial ekonominya agar nasehat bidan
sesuai, juga mengetahui apakah pekerjaan mengganggu atau tidak, misalnya
bekerja di pabrik rokok, mungkin yang dihisap akan berpengaruh pada janin.
§ Agama
Ditanyakan
untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap kebiasaan kesehatan
pasien/klien. Dengan diketahuinya agama pasien/klien, akan memudahkan bidan
melakukan pendekatan di dalam melaksanakan asuhan kebidanan.
§ Pendidikan
Ditanyakan
untuk mengetahui tingkat intelektualnya. Tingkat pendidikan suami juga
mempengaruhi sikap perilaku kesehatan seorang istri.
§ Status Perkawinan
Pertanyaan
ini dilakukan untuk mengetahui kemungkinan pengaruh status perkawinan terhadap
masalah kesehatan. Bila diperlukan ditanyakan tentang perkawinan keberapa
kalinya.
§ Suku/Ras
Ditanyakan
untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap kebiasaan kesehatan
pasien/klien. Dengan diketahuinya suku/ras pasien/klien, akan memudahkan bidan
melakukan pendekatan di dalam melaksanakan asuhan kebidanan.
2)
Riwayat
pasien
a)
Keluhan
utama
Ditanyakan
untuk mengetahui perihal yang mendorong pasien datang kepada bidan. Untuk
mengetahui keluhan utama tersebut pertanyaan yang diajukan oleh bidan adalah
sebagai berikut: “Apa yang ibu rasakan, sehingga ibu datang kemari?”
b)
Riwayat
menstruasi
Untuk
mengetahui gambaran tentang keadaan dasar dari organ reproduksi pasien/klien.
c)
Menarche
Untuk
mengethui usia pertama kalinya mengalami menstruasi.
d)
Siklus
Menstruasi
Untuk
mengetahui jarak antara menstruasi yang dialami dengan menstruasi berikutnya,
dalam hitungan hari. Biasanya sekitar 23 sampai 32 hari.
e)
Volume
Data ini
menjelaskan seberapa banyak darah menstruasi yang dikeluarkan. Kadang kita akan
kesulitan untuk mendapatkan data yang valid. Sebagai acuan biasanya digunakan
criteria banyak, sedang, sedikit. Jawaban yang diberikan oleh pasien biasanya
bersifat subjektif, namun kita dapat kaji lebih dalam lagi dengan beberapa
pertanyaan pendukung, misalnya sampai berapa kali mengganti pembalut dalam
sehari.
f)
Keluhan
Beberapa
wanita menyampaikan keluhan yang dirasakan ketika mengalami menstruasi,
misalnya nyeri hebat, sakit kepala sampai pingsan, atau jumlah darah yang
banyak. Keluhan yang disampaikan oleh pasien dapat menunjuk kepada diagnosis
tertentu.
g)
Menstruasi
yang Terakhir
Untuk
mengetahui prediksi waktu mengenai kapan menstruasi yang akan datang.
h)
Dismenorhea
Untuk
mengetahui ketika haid terjadi nyeri atau sulit. Dismenorhea ditandai oleh
nyeri mirip kram yang terasa pada abdomen bagian bawah dan kadang-kadang oleh
sakit kepala, keadaan mudah tersinggung, depresi mental, keadaan tidak enak
badan serta perasaan lelah.
i)
Keteraturan
Menstruasi
Untuk
mengetahui jarak normal keteraturan menstruasi biasanya 23 sampai 32 hari.
Apabila terjadi ketidak teraturan menstruasi pada pasien dapat segera dilakukan
pemeriksaan untuk mengetahui factor-faktor penyebabnya.
j). Fluor albus
Untuk
mengetahui pada umumnya adanya cairan di dalam vagina bertambah dalam kehamilan
tanpa sebab-sebab yang patologis dan sering menimbulkan keluhan. Ganococcus
menyebabkan flour seperti nanah, Trichomonasvaginalis menyebabkan flour yang
putih berbau, sedangkan candida albicans menyebabkan flour dengan gumpalan
putih atau kuning dan menyebabkan gatal yang sangat.
k) Gangguan sewaktu Menstruasi
Untuk mengetahui
gangguan apa saja yang dirasakan ketika mengalami menstruasi,misalnya nyeri
hebat,sakit kepala sampai pingsan, atau keadaan mudak tersinggung (emosional
meningkat). Gangguan yang dialami pasien dapat menunjuk kepada diagnosis
tertentu.
3) Riwayat
perkawinan
Perlu
ditanyakan untuk mengetahui pengaruh riwayat perkawinan terhadap permasalahan
kesehatan pasien/klien. Berapa kali kawin dan berapa lamanya untuk membantu
menentukan bagaimana keadaan alat kelamin ibu. Kalau orang hamil sudah lama
kawin, nilai anak tentu besar sekali dan ini harus diperhitungkan dalam
pimpinan persalinan (anak mahal).
Hal-hal
yang perlu ditanyakan kepada pasien/klien mengenai riwayat perkawinannya adalah
:
1.
Kawin : …………………..kali
2.
Usia Kawin Pertama
………………………tahun
3.
Status Perkawinan
4.
Lama Pernikahan
4)
Riwayat
kehailan dan persalinan
Untuk
mengetahui adanya masalah-masalah persalinan kehamilan dan nifas yang lalu.
Pertanyaan ini mempengaruhi prognosa persalinan dan persiapan persalinan yang
lampau adalah hasil ujian-ujian dari segala faktor yang mempengaruhi
persalinan. Mencakup :
§ Jumlah Kehamilan dan kelahiran: G
(gravida), P (para), A (abortus), H (hidup)
Data ini
digunakan untuk mengetahui riwayat kehamilan dan kelahiran pasien.
§ Golongan Darah
Data ini
menjelaskan golongan darah pasien, hal ini dilakukan untuk sumber informasi
jika ketika kehamilan atau persalinan mengalami pendarahan penanganan
penggantian darah yang keluar melalui transfusi darah lebih cepat dilakukan.
§ Riwayat persalinan
Mencakup
jarak antara dua kelahiran, tempat melahirkan, lamanya melahirkan, cara
melahirkan. Dengan mengetahui riwayat persalinan, melihat kemungkinan yang
dapat terjadi pada ibu hamil saat persalinan sekarang dan mengupayakan
pencegahannya dan penanggulangannya. Jika persalinan dahulu terdapat
penyulit seperti perdarahan, sectio saesaria, solusio plasenta, plasenta previa
kemungkinan dapat terjadi atau timbul pada persalinan sekarang.
§ Masalah atau gangguan kesehatan yang
timbul sewaktu hamil dan melahirkan
Untuk
mengetahui masalah atau gangguan kesehatan yang timbul sewaktu hamil dan
melahirkan, jika terdapat penyulit diupayakan pencegahannya dan
penanggulangannya.
5)
Riwayat
nifas
Untuk mengetahui adakah penyakit
atau kelainan pada masa nifas yang lalu (perdarahan, feloris).
6)
Riwayat
kelahiran anak
a)
Berat
bayi sewaktu Lahir
Untuk
mengetahui kondisi bayi apakah sehat atau mengalami trauma lahir dimana hal ini
terjadi karena trauma pada bayi akibat tekanan mekanik (seperti kompresi dan
traksi) selama preses persalianan. Kejadian ini terjadi pada berat badan bayi lebih
dari 4.500 gram.
b)
Kelainan
Bawaan Bayi
Untuk dapat
segera melakukan tindakan preventif pada bayi agar tidak memperparah kondisi.
c)
Jenis
Kelamin Bayi
Untuk
mengetahui jenis kelamin bayi sebagai dokumentasi.
d)
Status
Bayi yang Dilahirkan: hidup atau mati
Bila bayi
hidup, bagaimana keadaannya sekarang,
Bila
meninggal, apa penyebab kematiannya.
7)
Riwayat
Ginekologi
Data ini sangat penting karena akan
memberikan petunjuk tentang organ reproduksi pasien. Mencakup: infertilitas,
penyakit kelamin, tumor atau kanker sistem reproduksi, operasi ginekologi. Jika
didapatkan adanya salah satu atau beberapa riwayat gangguan kesehatan alat
reproduksi, maka harus waspada akan adanya kemungkinan gangguan kesehatan alat
reproduksi pada masa postpartum.
8)
Riwayat
keluarga berencana
Untuk mengetahui apakah ada efek
samping setelah penggunaan kontrasepsi, lamanya menggunakan alat kontrasepsi,
alasan pemakaian serta pemberhentian kontrasepsi (bila tidak memakai
lagi), serta keluhan selama memakai alat kontrasepsi.
9)
Riwayat
kehamilan sekarang
Mencakup waktu mendapat haid
terakhir, siklus haid, perdarahan pervaginam, fluor, mual/muntah, masalah
kelainan pada kehamilan sekarang, pemakaian obat-obatan/jamu. Anamnesa haid
serta siklusnya dapat diperhitungkan tanggal persalinan serta memantau
perkembangan kehamilannya serta dengan anamnesa ini dapat diketahui dengan
segera adanya kelainan / masalah dalam kehamilan dan dapat ditangani dengan
segera.
10)
Riwayat
penyakit
Untuk mengetahui riwayat penyakit yang pernah diderita
pasien/klien. Informasi ini penting untuk melihat kemungkinan yang dapat
terjadi pada ibu hamil dan mengupayakan pencegahannya dan penanggulangannya.
(Depkes RI, 1993:65), misal:
a)
Ibu
hamil dengan riwayat penyakit hipertensi perlu ditentukan pimpinan persalinan
dan kemungkinan bisa menyebabkan transient hipertension.
b)
Ibu
hamil dengan riwayat penyakit TBC akut kemungkinan bisa menyebabkan kuman saat
persalinan dan bisa menular pada bayi.
c)
Ibu
dengan riwayat DM mempunyai pengaruh terhadap persalinannya dan bayi bisa cacat
bawaan, janin besar.
d)
Ibu
menderita hepatitis kemungkinan besar bayi akan tertular melalui ASI. (Sarwono,
1999:401)
11)
Gambaran penyakit yang lalu
Setelah
mengetahui riwayat penyakit pasien/klien, bidan perlu mengetahui gambaran
mengenai riwayat penyakit pasien/klien, misal apakah penyakit tersebut
parah/tidak, apakah sudah dilakukan tindakan pada penyakit tersebut, dll.
Informasi ini penting untuk melihat kemungkinan yang dapat terjadi pada ibu
hamil dan mengupayakan pencegahan dan penanggulangannya.
12)
Riwayat
penyakit keluarga
Data ini
diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga
terhadap gangguan kesehatan ibu dan janinnya. Penyakit keluarga yang perlu
ditanyakan mencakup penyakit kanker, jantung, hipertensi, diabetes, ginjal,
jiwa, kelainan dibawa lahir, kehamilan kembar atau lebih, TBC, epilepsy,
penyakit darah, alergi, penyakit yang menyebabkan kematian bagi bapak atau ibu
yang telah meninggal.
13)
Keadaan
sosial budaya, ekonomi, dan budaya
Untuk
mengetahui keadaan psikososial pasien atau klien perlu ditanyakan antara lain :
·
Jumlah
anggota keluarga
·
Dukungan
materiil dan moril yang didapat dari keluarga.
·
Kebiasaan-kebiasaan
yang menguntungkan kesehatan.
·
Kebiasaan
yang merugikan kesehatan.
14)
Riwayat
spiritual
Kemungkinan
pasien melakukan ibadah agama dan kepercayaannya dengan baik dan memudahkan
kita dalam memberikan asuhan yang sesuai dengan kepercayaan klien.
15)
Riwayat
pikologis
Kemungkinan
adanya tanggapan klien dan keluarga yang baik terhadap kehamilan dan persalinan
yang ini. Keungkinan pasien dan suaminya mengharapkan dan senang dengan
kehamilan ini. Atau kemungkina klien cemas, takut dan gelisah dengan kehamilan
ini.
16)
Kebutuhan
dasar
Kemungkinan
pemenuhan kebuuhan bio-psiko yang meliputi pemenuhan nutrisi, proses eliminasi,
aktifitas sehari-hari, istirahat, personan hygiene, dan kebiasaan-kebiasaan
yang dapat mempengaruhi esehatan saat hamil dan bersalin.
2.
DATA
OBJEKTIF
Data dikumpulkan melalui pemeriksaan
umum dan pemeriksaan khusus.
a)
Pemeriksaan
umum
Secara
teoritis kemungkinan di temukan gambaran keadaan umum pasien baik, yang
mencakup kesadaran, tekanan darah, nadi, nafas, suhu, tinggi badan dan keadaan
umum.
b)
Pemeriksaan
khusus
1)
Secara
inspeksi, yaitu pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat/memandang dari
kepala sampai ujung kaki.
Yang dinilai ialah kemungkinan
bentuk tubuh yang normal, kebersihan kulit, rambut, muka, conjunctiva, skelera,
hidung dan telinga, mulut, apakah ada caries dentis, stomatitis, karang gigi,
leher apakah ada pembesaran kelenjar gondok, payudara apakah simetris kiri dan
kanan, keadaan putting susu menonjol atau tidak, colostrums ada atau tidak,
perut membesar sesuai dengan tua kehamilan, apakah ada bekas luka operasi,
vulva apakah bersih, ada varises atau tidak, oedema dan pengeluaran dari
vagina. Anus apakah ada haemorhoid, extremitas atas dan bawah apakah ada
kelainan.
2)
Secara
palpasi, yaitu pemeriksaan yangdilihat dengan cara meraba.
Dengan cara
menggunakan cara Leopold, kemungkinan yang ditemukan ialah :
Leopold I : tinggi fundu uteri
dalam cm, pada fundus kemungkinan teraba
bagian kepala, bokong atau lainnya.
Leopold II :pada dinding perut
sebelah kanan atau kiri ibu kemungkinan teraba punggung, anggota gerak atau
bokong, kepala.
Leopold III :teraba bantalan pada segmen bawah rahim
Leopold IV :bagian terbawah
janin belum masuk PAP, karena terhambat oleh placenta yang letaknya di segmen
bawah rahim.
3)
Secara
auskultasi
Kemungkinan
dapat terdengar bunyi jantng janin, frekuensinya, teratur atau tidak dan posisi
puctum maksimum.
4)
Secara
perkusi
Kemungkinan
refleks patella kiri dan kanan positif.
5)
Pemeriksaan
ukuran panggul
Kemungkinan
normal dengan pengukuran jangka panggul.
6)
Pemeriksaan
tafiran berat badan janin (TBJ)
Kemungkinan
berat janin normal, dengan menggunakan rumus:
(TFU dlm cm
– 13) x 155
Kemudian
ditambah 375 untuk lingkaran abdomen yang lebih dari 100cm.
3.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
a)
Laboratorium
Darah :Hb, Haematokrit, golongan darah, kadar estriol.
Disini kemunginan Hb ibu rendah yan
disebabkan oleh perdarahan pervaginam.
Urine :kemungkinan ditemui protein aceton,
dan kadar estriol yang berkurang, reduksi.
b)
USG
Kemungkinan
keadaan janin hidup dan dengan
pemeriksaan ini dapat ditentukan letak
plasenta atau jarak tepi plasenta terhadap ostium.
c)
Pemeriksaan inspekkulo
Pemeriksaan ini
bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan berasal dariosteum uteri eksternum
atau dari kelainan serviks atau vagina, seperti erosio porsionis
uteri, karsinoma porsionis uteri, polipus servisis uteri, varises vulvadan trauma. Apabila perdarahan berasal dari osteum uteri eksternum, adanya plasenta previa harus dicurigai. Dilakukan pemeriksaan ini
jika perdarahantelah berhenti.
Secara
hati-hati dan benar, dapat menentukansumber perdarahan dari karnalis servisis
atau sumber lain (servisitis, polip,keganasan, laserasi/troma).
d)
Pemeriksaan
CTG (kardiografi)
Pemeriksaan
ini bertujuan untuk memantau detak jantung janin, hasil pemantauan detak
jantung janin, tergantung dari jumlah dan cepatnta kehilangan darah meternal
sehingga dapat mempengaruhi sirkulasi retroplasenter yang selanjutnya akan
langsung mempengaruhi nutrisi dari pertukaran O2/CO2 intraplasenta.
B.
Langkah II (Interpretasi Data Dasar)
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar
terhadap masalah atau diagnosadan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang
benar atas data-data yang telah dikumpulkan.
Berdasarkan kasus ini, maka kemungkinan interpretasi
data yang timbul adalah ;
a.
Diagnosa Kebidanan
Kehamilan dengan
plasenta previa, G…, P…, A…, H….
Dasar :
1.
Ada pengeluaran darah pervaginam
2.
Pada saat palpasi dirasakan ada suatu
bantalan yang mengganjal pada segmen bawah rahim
3.
Bagian terbawah janin belum turun
4.
Dijumpai kesalahan letak janin yaitu bukan
presentasi kepala
5.
Tidak terdapat nyeri tekan pada saat palpasi
6.
Leopold
I : T Fut, TBBJ
7.
Leopold
II : Puki, Puka atau lainnya (letak sungsang atau letak lintang)
8.
Leopold III: Teraba bantalan pada
segmen bawah rahim
9.
Leopold
IV: Bagian terbawah janin belum masuk PAP
10.
DJJ
: (+)
11.
HB
: <dari 10 gr%
12.
Ibu mengatakan hamil anak...
b.
Masalah
Masalah yang kemungkinan
timbul adalah kecemasan dan gamgguan sehubungan dengan
terjadinya perdarahan pervaginam karena adanya plasenta
previa.
Dasar : ibu mengatakan
cemas karena darah yang keluar dari kemaluannya.
Terjadi perdarahan secara tiba-tiba.
c.
Kebutuhan
1)
Penyuluhan tentang istirahat ibu
Dasar : dari TTV dan KU ibu yang kurang
baik
2)
Anjurkan ibu untuk istirahat total / tirah
baring
Dasar : agar ibu
tidak kelelahan yang dapat menyebabkan KU ibu kurang baik.
3)
Jangan banyak melakukan gerakan atau
aktifitas
Dasar : jika
ibu kelelahan dapat enyebabkan KU ibu urang dan dapat menyebabkan perdarahan
pervaginan yang keluar bertambah banyak.
4)
Dukungan
psikologi
Dasar : karena ibu mengatakan cemas
dengan darah yang keluar dari kemaluannya
5)
Kebersihan
vulva
Dasar : pencegahan infeksi dan rasa nyaman
6)
Hidrasi
Dasar : kebutuhan cairan dan nutrisi sangat penting apalagi
jika ibu anemia
7)
Rasa
nyaman
Dasar
: karena perdarahan pervaginam yang ibu alami.
C.
Langkah III ( Mengidentifikasi Diagnosa
Atau Masalah Potensial)
Kemungkinan diagnosa atau masalah potensial yang
timbul :
1.
Potensial terjadi perdarahan antepartum
pada ibu
Dasar : karena letak plasenta yang
abnormal yaitu di segmen bawah rahim.
2.
Potensial terjadi gawat janin
Dasar : karena
perdarahan pervaginam dalam jumlah dan cepatnya perdarahan yang hilang akibat
plasenta previa dapat mengganggu sirkulasi umum maternal.
3.
Potensial terjadi aspeksia pada bayi
Dasar : hasil
pemantauan detak jantung janin, tergantung dari jumlah dan cepatnya kehilangan
darah maternal sehingga dapat mempengaruhi nutrisi dan pertukaran O2/CO2
intraplasenta.
D.
Langkah IV (Identifikasi Kebutuhan Yang
Memerlukan Penangan Segera)
Kemungkinan
tindakan segera pada kasus kehamilan/persalinan dengan plasenta previa antara
lain :
1.
Kolaborasi dengan doktersegera mungkin jika
terjadi komplikasi yang lebih hebat
2.
Penatalaksanaan perdarahan antepartum
3.
Penatalaksanaan aspeksia pada BBL
E.
Langkah V (Merencanakan Asuhan Yang
Menyeluruh)
Langkah ini
merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasikan atau
merupakan lanjutan dari setiap masalah yang berkaitan dengan kerangka pedoman
tentang apa yang akan terjadi berikutnya, penyuluhan, konseling dan rujukan
untuk masalah sosial, ekonomi, kultural, atau masalah psikologis bila
diperlukan. Suatu rencana asuhan harus di setujui oleh kedua belah pihak baik
bidan maupun klien agar perencanaan dapat dilakukan dengan efektif. Semua
keputusan harus bersifat rasional dan valid berdasarkan teori serta asumsi yang
berlaku tentang apa yang akan dan tidak dilakukan.
Adapun
rencana asuhan yang dibutuhkan pasien dalam kasus ini yaitu:
a.
Rawat pasien di kamar bersalin untuk
memantau proses persalinan.
b.
Jelaskan pada ibu dan keluarga mengenai
hasil pemeriksaan.
c.
Buat tanda persetujuan tertulis untuk
perawatan dan tindakan pasien di rumah sakit dan jelaskan tentang peraturan
kamar bersalin.
d.
Bina hubungan saling percaya dengan
pasien.
e.
Berikan ibu dukungan psikologis
f.
Penyuluhan tentang kebutuhan gizi dan
nutrisi pada ibu hamil
g.
Pemenuhan kebutuhan cairan dan nutrisi
h.
Pantau keadaan umum ibu, vital sign, dan
perdarahan pervaginam.
i.
Pantau BJJ dengan fetoskop.
j.
Anjurkan ibu untuk tetap istirahat baring
(bed rest)
k.
Berikan ibu terapi obat sesuai dengan
anjuran dokter
l.
Catat intake dan output ibu
m.
Kolaborasi dengan tim medis (dokter atau
obgyn) untuk tindakan selanjutnya.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Plasenta
previa adalah implantasi plasenta di sekitar osteum uteri internum yang dapat
berakibat perdarahan pada kehamilan di atas 22 minggu (Manuaba, 2007)
Plasenta
previa adalah keadaan plasenta berimplantasi rendah pada segmen bawah rahim,
meutupi atau tidak menutupi ostium uteri internum pada usia kehamilan lebih
dari 20 minggu dan janin mampu hidup diluar rahim (Sumapraja dan Rachimhadi,
2007).
Plasenta
previa adalah komplikasi obstetri yang terjadi pada trimester kedua dan ketiga
kehamilan. Hal itu dapat menyebabkan kematian yang serius baik bagi janin dan
ibu. Ini adalah salah satu penyebab utama perdarahan vagina pada trimester
kedua dan ketiga (Patrcik, 2009).
Penyebab plasenta previa secara pasti
masih sulit ditentukan, tetapi ada beberapa factor yang meningkatkan resiko
terjadinya olaenta previa. Misalnya bekas operasi rahim (bekas sesar atau
operasi mioma), sering mengalami infeksi rahim (radang panggul), kehamilan
ganda, atau kelainan bawah rahim. Dan meningkat juga pada grande multipara,
primigravida tua, bekas operasi, leioma uteri dan wanita perokok karena zat
rokok kemungkinan menyebabkan plasenta besar.sering juga terjadi pada
multigravida dengan kehamilan setelah 2 minggu.
B.
Saran
Dengan makalah
ini diharapkan kepada pembaca khususnya tenaga kesehatan bisa menambahkan
pengetahuannya tentang “KONSEP DASAR MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA KASUS
PLASENTA PREVIA”.
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham
FG. 2006. Obstetri William Vol. 1. Jakarta: EGC. pp: 685-704.
Fadlun, Feryanto Achmad, 2011. Asuhan Kebidanan
IV Patologi, Jakarta: Trans info media.
Manuaba
prof.dr.ida bagus Gde ,dkk.2007. Pengantar Kuliah Obstetri, Jakarta: Buku Kedokteran
EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar