Senin, 25 Juni 2012

INFEKSI MASA NIFAS

ENDOMETRITIS
Endometritis adalah radang pada endometrium, kuman-kuman memasuki endometrium, biasanya pada luka bekas insertion plasenta, dan dalam waktu singkat mengikutsertakan endometrium. Pada infeksi dengan kuman yang tidak seberapa pathogen, radang terbatas pada endometrium.
Gambaran Klinik
Gambaran klinik tergantung jenis dan virulensi kuman, daya tahan penderita, dan derajat trauma jalan lahir. Kadang-kadang lokia tertahan oleh darah, sisa-sisa plasenta, dan selaput ketuban, keadaan ini dinamakan lokiometra dan dapat menyebabkan kenaikan suhu yang segera hilang setelah diatasi; uterus pada endometritis agak membesar; nyeri pada perabaan; Uterus lembek; pada endometritis tidak meluas pada hari pertama penderita merasa kurang sehat; perut nyeri; mulai hari ke-3 suhu meningkat, nadi cepat; lokia kadang-kadang berbau.
Penatalaksanaan dan Pengobatan (Sesuai Instruksi Dokter)
Jika bidan menemukan kasus ini di tempat praktek lakukan kolaborasi dengan dokter unuk dilakukan rujukan yang paling penting stabilkan dulu kondisi ibu dengan pemberian cairan jika kondisi tidak terlalu parah beri minum lewat mulut, kemudian lakukan pemasangan infus sebelum di rujuk ke rumah sakit.
Di rumah sakit tindakan yang dilakukan setelah lapor dengan dokter segera siapkan transfusi darah jika ada perdarahan; berikan antiobiotik kombinasi sampai ibu bebas demam selama 48 jam; Ampisillin 2 g I.V. setiap 6 jam, ditambah gentamisin 5mg/kg berat badan lewat intra vena (I.V) tiap 24 jam, ditambah metronidazol 500 mg I.V. tiap 8 jam, Jika demam masih ada 72 jam setelah terapi, kaji ulang diagnosis. Catatan: antibiotic oral tidak diperlukan setelah terapi suntikan.
Jika diduga ada plasenta, lakukan eksplorasi digital dan keluarkan bekuan serta sisa kotiledon, gunakan forceps ovum atau kurt besar jika pelu; Jika tidak ada kemajuan dengan terapi konservatif, an ada peritonitis (demam, nyeri lepas, dan nyeri abdomen), lakukan laparatomi dan drain abdomen; Jika uterus terinfeksi dan nekrotik, lakukan histerektomi subtotal.




PERITONITIS
Infeksi nifas dapat menyebar melalui pembuluh limfe di dalam uterus langsung mencapai peritoneum dan menyebabakan peritonitis.
Peritonitis adalah inflamasi peritoneum- lapisan membrane serosa rongga abdomen dan meliputi visera merupakan penyulit berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronis/kumpulan tanda dan gejala, diantaranya nyeri tekan dan nyeri lepas pada palpasi, defans muscular, dan tanda-tanda umum inflamasi.
Peritonitis adalah peradangan pada peritoneum yang merupakan pembungkus visera dalam rongga perut. Peritonitis adalah suatu respon inflamasi atau supuratif dari peritoneum yang disebabkan oleh iritasi kimiawi ata invasi bakteri.
Penyebab :
Penyebab peritonitis ialah spontaneous bacterial peritonitis (SPB) akibat penyakit hati yang kronik. Penyebab lain peritonitis sekunder ialah perforasi apendisitis, perforasi ulkus peptikum dan duodenum, perforasi kolon akibat diverdikulitis, volvulus dan kanker, dan strangulasi kolon asendens.
Penyebab iatrogenic umumnya berasal dari trauma saluran cerna bagian atas termasuk pancreas, saluran empedu dan kadang juga dapat terjadi trauma endoskopi. Jahitan operasi yang bocor (dehisensi) merupakan penyebab tersering terjadinya peritonitis.
Gejala dan Tanda
Peritonitis yang tidak menjadi peritonitis umum, terbatas pada daerah pelvis: emam, perut bawah nyeri, keadaan umum tetap bak, pada pelvioperitonitis bisa terdapat pertumbuhan abses, nanah yang biasanya terkumpul dalam kavum Douglas harus dikeluarkan, ibu dengan gejala peritonitis dapat mengalami gejala akut, penyakit ringan dan terbatas, atau penyakit berat dan sistemik dengan syok sepsia.
Tanda-tanda peritonitis relative sama dengan infeksi berat yaitu demam tinggi atu pasien yang sepsis bisa menjadi hipotermia, takikardi, dehidrasi hingga menjadi hipotensi. Nyeri abdomen yang hebat biasanya memiliki punctum maximum ditempat tertentu sebagai sumber infeksi. Dinding perut akan terasa tegang karena mekanisme antisipasi penderita secara tidak sadar untuk menghindari palpasinya yang menyakinkan atau tegang karena iritasi peritoneum.
Penanganan khusus (Instuksi Dokter) yang memberikan boleh Bidan
Pasang selang nasogastrik; infuse cairan Ringer Laktat; Berikan antibiotic kombinasi, sampai 48 jam bebas panas; Ampisillin 2 g I.V. setiap 6 jam, ditamabh gentamisin 5mg/kg BB I.V. tiap 24 jam, ditambah metronidazol 500 mg I.V. tiap 8 jam, jika perlu lakukan laparatomi (dikerjakan oleh Dokter) untuk drainase.



BENDUNGAN ASI
Bendungan Air Susu adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan. (Prawirahardjo, 2005:700).
Faktor-faktor Penyebab :
a)       Pengosongan mamae yang tidak sempurna
b)       Faktor hisapan bayi yang tidak aktif
c)       Factor posisi menyusui bayi yang tidak benar
d)       Puting susu terbenam
e)       Putting susu terlalu panjang
Tanda dan Gejala
Ditandai dengan : mamae panas serta keras pada perabaan dan nyeri; putting susu bisa mendatar sehingga bayi sulit menusu; pengeluaran susu kadang terhalang oleh duktuli laktiferi menyempit, payudara bengkak, keras, panas, nyeri bila ditekan, warnanya kemerahan, suhu tubuh sampai 38°C
Penanganan
Penanganan yang paling penting adalah dengan mencegah terjadinya payudara bengkak; susukan bayi segera setelah lahir; susukan bayi tanpa jadwal; keluarkan sedikit ASI sebelum menyusui agar payudara lebih lembek; keluarkan ASI dengan tangan atau pompa bila produksi melebihi kebutuhan ASI; laksanakan perawatan payudara setelah melahirkan; untuk mengurangi rasa sakit pada payudara berikan kompres dingin dan hangat dengan handuk secara bergantian kiri dan kanan; untuk memudahkan bayi menhisap atau menangkap putting susu berikan kompres sebelum menyusui; untuk menurangi bendungan di vena dan embuluh getah bening dalam payudara lakukan pengurutan yang dimulaidari putting ke arah korpus mamae; ibu harus rileks; pijat leher dan punggung belakang.
Perawatan payudara, payudara merupakan sumber yang akan menjadi makanan utama bagi anak. Karena itu jauh sebelumnya harus memakai BH yang menyokong payudara dari bawah suspension bukan menekan dari depan.
Bagi ibu menyusui, dan bayi tidak menetek, bantulah memerah air susu dengan tangan dan pompa; jika ibu menyusui dan bayi mampu menetek; bantu ibu agar meneteki lebih sering pada kedua payudara tiap kali meneteki; berikan penyuluhan cara meneteki yang baik; mengurangi nyeri sebelum menetek; berikan kompres hangat pada dada sebelum meneteki atau mandi air hangat, pijat punggung dan leher, memeras susu cara manual sebelum meneteki dan basahi putting susu agar bayi mudah menetek; mengurangi nyeri setelah meneteki; gunakan bebat atau kutang, kompres dingin pada dada untuk menurangi bengkak, terapi paracetamol 500 mg per oral.
Bagi ibu yang tidak menyusui: berikan bebat dan kutang ketat, kompres dingin pada dada untuk menurangi bengkak dan nyeri, hindari pijat dan kompres hangat, berikan paresetamol 500 mg per oral, evaluasi 3 hari.



INFEKSI PAYUDARA
Dalam masa nifas dapat terjadi infeksi dan peradangan (Mastitis) pada mamae, terutama pada primipara. Infeksi terjadi melalui luka pada putting susu, tetapi juga melalui peredaran darah.
Mastitis merupakan peradangan payudara yang dapat disertai atau tidak disertai infeksi. Penyakit ini biasanya menyertai laktasi, sehingga disebut juga mastitis laktasional atau mastitis puerperalis.
Penyebab
Mastitis biasanya disebabkan oleh infeksi Staphylococus aureus dan sumbatan saluran susu berlanjut. Mastitis juga dapat disebabkan oleh: payudara tidak disusukan secara adekuat; putting lecet sehingga mudah masuk kuman; payudara bengkak; penyangga payudara yang terlalu ketat; ibu diet yang jelek; kurang istirahat sehingga anemia yang menimbulkan infeksi.
Tanda dan Gejala
Tanda-tanda: rasa panas dingin disertai dengan kenaikan suhu, penderita merasa lesu, tidak nafsu makan, penyebab Staphylococus aureus, mamae membesar,  nyeri dan pada suatu tempat kulit merah, membengkak sedikit, dan nyeri pada perabaaan.
Gejala mastitis non infeksius: ibu memperhatikan adanya bercak panas, atau area nyeri tekan yang akut; ibu dapat merasakan bercak kecil yang keras di daerah nyeri tekan tersebut; ibu tidak mengalami demam dan merasa baik-baik saja.
Gejala mastitis infeksius: ibu mengeluh lemah dan sakit-sakit pada otot seperti flu; ibu dapat mengeluh sakit kepala; ibu demam dengan suhu diatas 38°C; terdapat area luka yang terbatas atau lebih luas pada payudara; kulit pada payudara dapat tampak kemerahan atau bercahaya (tanda-tanda akhir); kedua payudara mungkin terasa keras dan tegang pembengkakan.
Pencegahan :
Perawatan putting susu pada waktu laktasi merupakan usaha penting untuk mencegah mastitis.
Penanganan (Instruksi Dokter) boleh dikerjakan oleh Bidan
Berikan antibiotika antara lain: Kloksasilin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 10 hari; ATAU eritromisin 250 mg per oral 3 kali sehariselama 10 hari; bantu ibu agar: tetap meneteki; bebat payudara; kompers dingin sebelum meneteki untuk mengurangi bengkak dan nyeri; Berikan parasetamol 500 mg per oral; evaluasi 3 hari. Pencegahan dan penanganan umum oleh bidan hamper sama dengan bendungan ASI.




THROMBOPHLEBITIIS
Thrombophlebitis adalah kelainan pada masa nifas yaitu masa setelah melahirkan dimana terjadi sumbatan pada pembuluh darah yang disebabkan oleh adanya darah yang membeku (Prawirohardjo, 2005).
Thrombophlebitis adalah penjalaran infeksi melalui vena sering tejadi dan merupakan penyebab penting dari kematian karena infeksi puerperslis. (Obstetri Patologis FKUI, 2005).
Jenis-jenis Thrombophlebitis
a)       Thrombophlebitis Femoralis dapat mengenai vena-vena pada tungkai misalnya vena femoralis, vena polipetea dan vena safena, sering terjadi hari ke 10 pasca partum. (Abdul Bari Saifudn, dkk, 2002)
Penyebab: dapat terjadi thrombophlebitis vena safena magna atau peradangan vena femuralis sendir, penjalaran, thrombophlebitis vena femoralis mungkin terjadi karena aliran darah lambat di daerah lipat paha karena vena tersebut, yang tertekan oleh ligamentum inguinale, juga disebabkan kadar fibrinogen meningkat pada saat nifas.
b)       Thrombophlebitis Pelviks, yakni mengenai vena-vena dinding uterus dan ligaentum latum, yaitu vena ovarika, vena uterina dan vena hipogasrika. Vena yang paling sering terkena ilah vena ovarika ekstral karena infeksi pada empat implantasi plasenta terletak dibagian atas uterus. Biasanya terjadi sekitar hari ke 45 atau ke 15 pasca partum.
Etiologi
Penyebab terjadinya trombophelebitis sering dipicu oleh hal-hal seprti : perluasan infeksi endometrium, mempunyai varises vena, obesitas (kegemukan), pernah mengalami trombophelebitis, berusia 30 tahun lebih dan saat persalinan berada pada posisi sit up pada waktu yang lama, meliki insidens tinggi untuk mengalami trombophelebitis dalam keluarga. (Adele Pilliteri, 2007).
Pengobatan
Pada saat inipenisilin G atau penisilin semisintesis (ampisilin) merupakan pilihan yang tepat (renaissance dari penicillin) kerena penicillin bersifat bakterisid (bukan bekteriostatik, eperti tetrasiklin atau kloramfenikol) dan bersifat nontoksis. Penicillin dilarutkan dalam larutan glukosa 5% atau linger laktat. Dapat juga diberikan ampicillin 3-4 gr, mula-mula intravena atau intramuscular. Stafilakokus yang penicillin resistant tahan terhadap penicillin karena mengeluarkan enzim penicillinasi. Preparat penicillin yang tahan penicillinase ialah oksacillin, dikloklacillin, dan meticillin.



LUKA PERINEUM
Luka perineum setelah melahirkan ada 2 macam yaitu :
a)       Ruptur adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh rusaknya jaringan secara alamiah karena proses desakan kepala janin atau bahu pada saat proses persalinan. Bentuk ruptur biasanya tidak teratur sehingga jaringan yang robek sulit dilakukan penjahitan. (Hamilton, 2002).
b)       Episiotomy adalah sebuah irisan bedah pada perineum untuk memperbesar muara vagina yang dilakukan tepat sebelum keluarnya kepala bayi (Eisenberg, A., 1996). Episiotomy adalah tindakan insisi pada perineum yang menyebabkan terpotongnya selaput lender vagina, cincin selaput dara, jaringan pada septum retrovaginal, otot-otot dan fasiaperineum dan kulit sebelah depan perineum (Ilmu Bedah Kebidanan: 2000).
Dikatakan robekan perineum Tingkat I, jika robekan hanya terjadi pada selaput lender vagina dengan atau tanpa mengenai kulit perineum sedikit; Tingkat II, jika robekan yang terjadi lebih dalam yaitu selain mengenai selaput lender vagina juga mengenai muskulus perinei transversalis, tapi tidak mengenai spingter ani; Tingkat III, jika robekan yang terjadi mengenai seluruh perineum sampai mengenai otot-otot spingter ani.
Penatalaksanaan
a)       Persiapan pada Ibu Post Partum: Perawatan perineum sebaiknya dilakukan di kamar mandi dengan posisi ibu jongkok jika ibu telah mampu atau berdiri dengan posisi kaki terbuka. Alat dan bahan ; alat yang digunakan adalah botol, baskom, dan gayung atau shower air hangat dan handuk bersih. Sedangkan bahan yang digunakan adalah air hangat, pembalut nifas baru dan antiseptik ( Fereer, 2001).
b)       Penatalaksanaan yang diberikan pada ibu adalah: perawatan khusus perineal bagi wanita setelah melahirkan anak mengurangi rasa ketidaknyamanan, kebersihan, mencegah infeksi, dan meningkatkan penyembuhan dengan prosedur pelaksanaan menurut Hamilton (2002) adalah sebagai berikut: mencuci tangannya; mengisi botol plastik yang dimiliki dengan air hangat; buang pembalut yang telah penuh dengan gerakan ke bawah mengarah ke rectum dan letakkan pembalut tersebut ke dalam kantung plastik; berkemih dab BAB ke toilet; semprotkan ke seluruh perineum dengan air; keringkan perineum dengan menggunakan tissue dari depan ke belakang; pasang pembalut dari depan ke belakang; cuci kembali tangan.
c)       Lakukan evaluasi, parameter yang digunakan dalam evaluasi hasil perawatan adalah: perineum idak lembab, posisi pembalut tepat, ibu merasa nyaman.






Sumber : Yulianti, Lia, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan IV (Patologi Kebidanan). Jakarta : Trans Info Media.

Gangguan Psikologis Pada Masa Nifas


DEPRESI POST PARTUM
Depresi post partum adalah depresi berat yang terjadi 7 hari setelah melahirkan dan berlangsung 30 hari.
Etiologi :
1)      Faktor Konstitusional
2)      Faktor fisik 
3)      Faktor psikologis
4)      Faktor sosial
Klasifikasi Depresi Post partum :
1)      Depresi ringan (kemurungan)
2)      Depresi sedang/moderat (perasaan tak berpengharapan)
3)      Depresi berat (terpisah dari realita).
Tanda dan gejala :
Gejala yang timbul yaitu sering mengangis, mood yang berubah-ubah, dan lekas marah sebagaimana merasakan kesedihannya. Gejala-gejala yang jarang termasuk sangat lelah, kesulitan berkonsentrasi, gangguan tidur, kehilangan minat pada seks, gelisah, nafsu makan berubah, dan merasa tidak puas atau putus asa.
Karakteristik depresi post partum diantaranya:
a)      Mimpi buruk
b)      Insomnia
c)      Phobia
d)      Meningkatnya sensivitas
e)      Perubahan mood
Pencegahan depresi post partum :
a)      Pemberian dukungan dari pasangan, keluarga, lingkungan, maupun profesional selama kehamilan, persalinan, dan pasca persalinan dapat mencegah depresi dan mempercepat penyembuhan.
b)      Mencari tahu tentang gangguan psikologis yang mungkin terjadi pada ibu hamil dan ibu yang baru saja melahirkan sehingga jika terjadi gejala dapat dikenali dan ditangani segera.
c)      Konsumsi makanan sehat, istirahat cukup, dan olahraga minimal 15 menit per hari dapat menjaga suasana hati tetap baik.
d)      Mencegah pengambilan keputusan yang berat selama kehamilan.
e)      Mempersiapkan diri secara mental.
f)       Menyiapkan seseorang untuk membantu keperuan sehari-hari (memasak, membersihkan rumah, belanja, dll).
Perawatan Depresi Post Partum
1)      Terapi bicara : adalah sesi bicara dengan terapis, psikolog atau pekerja sosial untuk mengubah apa yang difkir, rasa, an lakukan oleh penderita akibat menderita depresi.
2)      Obat medis : obat anti depresi yang diresepkan oleh dokter.

POST PARTUM BLUES
Post partum blues merupakan problem psikis sesudah melahirkan seperti kemunculan kecemasan, labilitas perasaan dan depresi pada ibu. Biasanya terjadi secara teori terjadi mulai minggu ke-4.
Gejala-gejala :
*      Reaksi depresi/sedih/disporia
*      Sering menangis
*      Mudah tersinggung
*      Cemas
*      Labilitas perasaan
*      Cebderung menyalahkan diri sendiri
*      Gangguan tidur dan gangguan nufsu makan
*      Kelelahan
*      Mudah sedih
*      Cepat marah
*      Mood mudah berubah
*      Cepat menjadi sedih dan cepat pula gembira
*      Perasaan terjebak
*      Marah kepada pasangan dan bayinya
*      Perasaan bersalah
*      Sangat pelupa
Faktor-faktor penyebab :
*      Perubahan hormon
*      Ketidaknyamanan fisik
*      Ketidakmampuan beradaptasi terhadap perubahan fisik dan emosional yang kompleks
*      Faktor umum dan paritas
*      Pengalaman dalam proses persalinan dan kehamilan
*      Latar belakang psikososial
*      Kecukupan dukungan dari orang sekitar
*      Stress dalam keluarga
*      Kelelahan pasca persalinan
Penanganan :
1)      Komunikasikan segala permasalahan atau hal lain yang ingin di ungkapkan
2)      Bicarakan rasa cemas yang dialami
3)      Bersikap tulus dan ikhlas dalam menerima aktifitas dan peran baru setelah melahirkan
4)      Bersikap fleksibel dan tidak terlalu perfectsionis dalam mengurus bayi dan rumah tangga
5)      Belajar tenang dan menarik nafas panjang dan meditasi
6)      Kebutuhan istirahat yang cukup
7)      Tidurlah ketika bayi sedang tidur
8)      Berolahraga ringan
9)      Bergabung dengan kelompok ibu-iu baru
10)  Dukungan tenaga kesehatan, suami, keluarga, teman, teman sesama ibu
11)   Konsultasikan kepada dokter atau rang yang professional agar dapat meminimalisir faktor resiko lainnya
12)  Melakukan pengawasan.
Pencegahan terjadinya Post Partum Blues :
1)      Persiapan diri yang baik
2)      Olahraga dan nutrisi yang cukup
3)      Support mental dan lingkungan sekitar
4)      Ungkapkan apa yang dirasakan
5)      Mencari informasi tentang depresi post partum
6)      Menghindari perubahan hidup yang drastic
7)      Melakukan pekerjaan rumah tangga dapat membantu menghilangkan gejolak emosi yang timbul pada periode post partum.



POST PARTUM PSIKOSA
Gangguan jiwa yang serius, yang timbul karena penyebab organic atau fungsional/emosional dan menunjukkan gannguan kemampuan berfikir, bereaksi secara emosional mengingat, berkomunikasi, menafsirkan kenyataan, dan bertindak sesuai kenyataan (Margono, 2007). Psikosis merupakan gangguan kepribadian yang menyebabkan ketidakmampuan seseorang menilai realita dengan fantasi dirinya (Wikipedia).
Etiologi
1)      Faktor sosiokultural
2)      Faktor obstetric ginekologik
3)      Faktor psikososial
4)      Faktor hormonal
Gejala :
1)      Tidak ada pemahaman diri (waham)
2)      Halusinasi
3)      Kehilangan rasa kenyataan (sense of reality)
4)      Tanda paling awal adalah : kegelisahan yang tipikal, iritabiitas, dan insomnia.
Jenis-jenis Psikosis
1)      Skizofrenia, disebut juga perecahan kepribadian
2)      Paranoid, kondisi paranoid ditandai oleh adanya kecurigaan yang tak beralasan yang terus menerus yang pada puncaknya dapat menjadi tingkah laku agresif.
3)      Psikosis manis-depresif, menyangkut aspek emosi penderita, penderita mudah menjadi sangat gembira ataupun sedih, sangat agresif atau diam seperti patung.
Pengobatan
Psikosis puerperalis adalah keadaan emergensi psikiatrik yang memerlukan perawatn rumah sakit. 










Sumber : Yulianti, Lia, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan IV (Patologi Kebidanan). Jakarta : Trans Info Media.  

Kamis, 21 Juni 2012

KBI dan KBE


Kompresi Bimanual Internal (KBI)

Teknik KBI
1.       Pakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril, dengan lembut masukkan tangan (dengan cara menyatukan kelima ujung jari) ke intraktus dan ke dalam vagina itu.
2.       Periksa vagina & serviks. Jika ada selaput ketuban atau bekuan darah pada kavum uteri mungkin uterus tidak dapat berkontraksi secara penuh.
3.       Letakkan kepalan tangan pada fornik anterior tekan dinding anteror uteri sementara telapak tangan lain pada abdomen, menekan dengan kuat dinding belakang uterus ke arah kepalan tangan dalam.

Gambar 1. Kompresi bimanual internal
4.       Tekan uterus dengan kedua tangan secara kuat. Kompresi uterus ini memberikan tekanan langsung pada pembuluh darah di dalam dinding uterus dan juga merang­sang miometrium untuk berkontraksi.
5.       Evaluasi keberhasilan:
§  Jika uterus berkontraksi dan perdarahan berkurang, teruskan melakukan KBl selama dua menit, kemudian perlahan-lahan keluarkan tangan dari dalam vagina. Pantau kondisi ibu secara melekat selama kala empat.
§  Jika uterus berkontraksi tapi perdarahan terus berlangsung, periksa perineum, vagina dari serviks apakah terjadi laserasi di bagian tersebut. Segera lakukan si penjahitan jika ditemukan laserasi.
§  Jika kontraksi uterus tidak terjadi dalam waktu 5 menit, ajarkan keluarga untuk melakukan kompresi bimanual eksternal (KBE, Gambar 5-4) kemudian terus­kan dengan langkah-langkah penatalaksanaan atonia uteri selanjutnya. Minta tolong keluarga untuk mulai menyiapkan rujukan.
Alasan: Atonia uteri seringkali bisa diatasi dengan KBl, jika KBl tidak berhasil dalam waktu 5 menit diperlukan tindakan-tindakan lain.
6.       Berikan 0,2 mg ergometrin IM (jangan berikan ergometrin kepada ibu dengan hipertensi)
Alasan: Ergometrin yang diberikan, akan meningkatkan tekanan darah lebih tinggi dari kondisi normal.
7.       Menggunakan jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau 18), pasang infus dan berikan 500 ml larutan Ringer Laktat yang mengandung 20 unit oksitosin.
Alasan: Jarum dengan diameter besar, memungkinkan pemberian cairan IV secara cepat, dan dapat langsung digunakan jika ibu membutuhkan transfusi darah. Oksitosin IV akan dengan cepat merangsang kontraksi uterus. Ringer Laktat akan membantu mengganti volume cairan yang hiking selama perdarahan.
8.       Pakai sarung tangan steril atau disinfeksi tingkat tinggi dan ulangi KBI.
Alasan: KBI yang digunakan bersama dengan ergometrin dan oksitosin dapat membantu membuat uterus-berkontraksi
9.       Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu sampai 2 menit, segera lakukan rujukan Berarti ini bukan atonia uteri sederhana. Ibu membutuhkan perawatan gawat-darurat di fasilitas kesehatan yang dapat melakukan tindakan pembedahan dan transfusi darah.
10.    Dampingi ibu ke tempat rujukan. Teruskan melakukan KBI hingga ibu tiba di tempat rujukan. Teruskan pemberian cairan IV hingga ibu tiba di fasilitas rujukan:
a)                Infus 500 ml yang pertama dan habiskan dalam waktu 10 menit.
b)                Kemudian berikan 500 ml/jam hingga tiba di tempat rujukan atau hingga jumlah cairan yang diinfuskan mencapai 1,5 liter, dan kemudian berikan 125 ml/jam.
c)                Jika cairan IV tidak cukup, infuskan botol kedua berisi 500 ml cairan dengan tetesan lambat dan berikan cairan secara oral untuk asupan cairan tambahan.

Kompresi Bimanual Eksternal (KBE)


Letakkan satu tangan pada abdomen di depan uterus, tepat di atas simfisis pubis.


 
Garnbar 2. Kompresi bimanual eksternal

1.       Letakkan tangan yang lain pada dinding abdomen (dibelakang korpus uteri), usahakan memegang bagian belakang uterus seluas mungkin.
2.       Lakukan gerakan saling merapatkan kedua tangan untuk melakukan kompresi pembuluh darah di dinding uterus dengan cara menekan uterus di antara kedua tangan tersebut. (Pusdiknakes, Asuhan Persalinan Normal)