ENDOMETRITIS
Endometritis
adalah radang pada endometrium, kuman-kuman memasuki endometrium, biasanya pada
luka bekas insertion plasenta, dan dalam waktu singkat mengikutsertakan
endometrium. Pada infeksi dengan kuman yang tidak seberapa pathogen, radang
terbatas pada endometrium.
Gambaran
Klinik
Gambaran
klinik tergantung jenis dan virulensi kuman, daya tahan penderita, dan derajat
trauma jalan lahir. Kadang-kadang lokia tertahan oleh darah, sisa-sisa
plasenta, dan selaput ketuban, keadaan ini dinamakan lokiometra dan dapat
menyebabkan kenaikan suhu yang segera hilang setelah diatasi; uterus pada
endometritis agak membesar; nyeri pada perabaan; Uterus lembek; pada
endometritis tidak meluas pada hari pertama penderita merasa kurang sehat;
perut nyeri; mulai hari ke-3 suhu meningkat, nadi cepat; lokia kadang-kadang
berbau.
Penatalaksanaan
dan Pengobatan (Sesuai Instruksi Dokter)
Jika
bidan menemukan kasus ini di tempat praktek lakukan kolaborasi dengan dokter
unuk dilakukan rujukan yang paling penting stabilkan dulu kondisi ibu dengan
pemberian cairan jika kondisi tidak terlalu parah beri minum lewat mulut,
kemudian lakukan pemasangan infus sebelum di rujuk ke rumah sakit.
Di
rumah sakit tindakan yang dilakukan setelah lapor dengan dokter segera siapkan
transfusi darah jika ada perdarahan; berikan antiobiotik kombinasi sampai ibu
bebas demam selama 48 jam; Ampisillin 2 g I.V. setiap 6 jam, ditambah
gentamisin 5mg/kg berat badan lewat intra vena (I.V) tiap 24 jam, ditambah metronidazol
500 mg I.V. tiap 8 jam, Jika demam masih ada 72 jam setelah terapi, kaji ulang
diagnosis. Catatan: antibiotic oral tidak diperlukan setelah terapi suntikan.
Jika
diduga ada plasenta, lakukan eksplorasi digital dan keluarkan bekuan serta sisa
kotiledon, gunakan forceps ovum atau kurt besar jika pelu; Jika tidak ada
kemajuan dengan terapi konservatif, an ada peritonitis (demam, nyeri lepas, dan
nyeri abdomen), lakukan laparatomi dan drain abdomen; Jika uterus terinfeksi
dan nekrotik, lakukan histerektomi subtotal.
PERITONITIS
Infeksi
nifas dapat menyebar melalui pembuluh limfe di dalam uterus langsung mencapai
peritoneum dan menyebabakan peritonitis.
Peritonitis adalah inflamasi peritoneum-
lapisan membrane serosa rongga abdomen dan meliputi visera merupakan penyulit
berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronis/kumpulan tanda dan
gejala, diantaranya nyeri tekan dan nyeri lepas pada palpasi, defans muscular,
dan tanda-tanda umum inflamasi.
Peritonitis adalah peradangan pada peritoneum
yang merupakan pembungkus visera dalam rongga perut. Peritonitis adalah suatu
respon inflamasi atau supuratif dari peritoneum yang disebabkan oleh iritasi
kimiawi ata invasi bakteri.
Penyebab
:
Penyebab
peritonitis ialah spontaneous bacterial peritonitis (SPB) akibat penyakit hati
yang kronik. Penyebab lain peritonitis sekunder ialah perforasi apendisitis,
perforasi ulkus peptikum dan duodenum, perforasi kolon akibat diverdikulitis,
volvulus dan kanker, dan strangulasi kolon asendens.
Penyebab
iatrogenic umumnya berasal dari trauma saluran cerna bagian atas termasuk
pancreas, saluran empedu dan kadang juga dapat terjadi trauma endoskopi.
Jahitan operasi yang bocor (dehisensi) merupakan penyebab tersering terjadinya
peritonitis.
Gejala
dan Tanda
Peritonitis
yang tidak menjadi peritonitis umum, terbatas pada daerah pelvis: emam, perut
bawah nyeri, keadaan umum tetap bak, pada pelvioperitonitis bisa terdapat
pertumbuhan abses, nanah yang biasanya terkumpul dalam kavum Douglas harus
dikeluarkan, ibu dengan gejala peritonitis dapat mengalami gejala akut,
penyakit ringan dan terbatas, atau penyakit berat dan sistemik dengan syok
sepsia.
Tanda-tanda
peritonitis relative sama dengan infeksi berat yaitu demam tinggi atu pasien
yang sepsis bisa menjadi hipotermia, takikardi, dehidrasi hingga menjadi
hipotensi. Nyeri abdomen yang hebat biasanya memiliki punctum maximum ditempat
tertentu sebagai sumber infeksi. Dinding perut akan terasa tegang karena
mekanisme antisipasi penderita secara tidak sadar untuk menghindari palpasinya
yang menyakinkan atau tegang karena iritasi peritoneum.
Penanganan
khusus (Instuksi Dokter) yang memberikan boleh Bidan
Pasang
selang nasogastrik; infuse cairan Ringer Laktat; Berikan antibiotic kombinasi,
sampai 48 jam bebas panas; Ampisillin 2 g I.V. setiap 6 jam, ditamabh
gentamisin 5mg/kg BB I.V. tiap 24 jam, ditambah metronidazol 500 mg I.V. tiap 8
jam, jika perlu lakukan laparatomi (dikerjakan oleh Dokter) untuk drainase.
BENDUNGAN
ASI
Bendungan
Air Susu
adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran vena dan
limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu
badan. (Prawirahardjo, 2005:700).
Faktor-faktor
Penyebab :
a) Pengosongan mamae yang tidak
sempurna
b) Faktor hisapan bayi yang tidak aktif
c) Factor posisi menyusui bayi yang
tidak benar
d) Puting susu terbenam
e) Putting susu terlalu panjang
Tanda
dan Gejala
Ditandai
dengan : mamae panas serta keras pada perabaan dan nyeri; putting susu bisa
mendatar sehingga bayi sulit menusu; pengeluaran susu kadang terhalang oleh
duktuli laktiferi menyempit, payudara bengkak, keras, panas, nyeri bila
ditekan, warnanya kemerahan, suhu tubuh sampai 38°C
Penanganan
Penanganan
yang paling penting adalah dengan mencegah terjadinya payudara bengkak; susukan
bayi segera setelah lahir; susukan bayi tanpa jadwal; keluarkan sedikit ASI
sebelum menyusui agar payudara lebih lembek; keluarkan ASI dengan tangan atau
pompa bila produksi melebihi kebutuhan ASI; laksanakan perawatan payudara
setelah melahirkan; untuk mengurangi rasa sakit pada payudara berikan kompres
dingin dan hangat dengan handuk secara bergantian kiri dan kanan; untuk
memudahkan bayi menhisap atau menangkap putting susu berikan kompres sebelum
menyusui; untuk menurangi bendungan di vena dan embuluh getah bening dalam
payudara lakukan pengurutan yang dimulaidari putting ke arah korpus mamae; ibu
harus rileks; pijat leher dan punggung belakang.
Perawatan
payudara, payudara merupakan sumber yang akan menjadi makanan utama bagi anak.
Karena itu jauh sebelumnya harus memakai BH yang menyokong payudara dari bawah
suspension bukan menekan dari depan.
Bagi
ibu menyusui, dan bayi tidak menetek, bantulah memerah air susu dengan tangan
dan pompa; jika ibu menyusui dan bayi mampu menetek; bantu ibu agar meneteki
lebih sering pada kedua payudara tiap kali meneteki; berikan penyuluhan cara
meneteki yang baik; mengurangi nyeri sebelum menetek; berikan kompres hangat
pada dada sebelum meneteki atau mandi air hangat, pijat punggung dan leher,
memeras susu cara manual sebelum meneteki dan basahi putting susu agar bayi
mudah menetek; mengurangi nyeri setelah meneteki; gunakan bebat atau kutang,
kompres dingin pada dada untuk menurangi bengkak, terapi paracetamol 500 mg per
oral.
Bagi
ibu yang tidak menyusui: berikan bebat dan kutang ketat, kompres dingin pada
dada untuk menurangi bengkak dan nyeri, hindari pijat dan kompres hangat,
berikan paresetamol 500 mg per oral, evaluasi 3 hari.
INFEKSI
PAYUDARA
Dalam
masa nifas dapat terjadi infeksi dan peradangan (Mastitis) pada mamae, terutama
pada primipara. Infeksi terjadi melalui luka pada putting susu, tetapi juga
melalui peredaran darah.
Mastitis
merupakan peradangan payudara yang dapat disertai atau tidak disertai infeksi.
Penyakit ini biasanya menyertai laktasi, sehingga disebut juga mastitis
laktasional atau mastitis puerperalis.
Penyebab
Mastitis
biasanya disebabkan oleh infeksi Staphylococus aureus dan sumbatan saluran susu
berlanjut. Mastitis juga dapat disebabkan oleh: payudara tidak disusukan secara
adekuat; putting lecet sehingga mudah masuk kuman; payudara bengkak; penyangga
payudara yang terlalu ketat; ibu diet yang jelek; kurang istirahat sehingga
anemia yang menimbulkan infeksi.
Tanda
dan Gejala
Tanda-tanda:
rasa panas dingin disertai dengan kenaikan suhu, penderita merasa lesu, tidak
nafsu makan, penyebab Staphylococus aureus, mamae membesar, nyeri dan pada suatu tempat kulit merah,
membengkak sedikit, dan nyeri pada perabaaan.
Gejala
mastitis non infeksius: ibu memperhatikan adanya bercak panas, atau area nyeri
tekan yang akut; ibu dapat merasakan bercak kecil yang keras di daerah nyeri
tekan tersebut; ibu tidak mengalami demam dan merasa baik-baik saja.
Gejala
mastitis infeksius: ibu mengeluh lemah dan sakit-sakit pada otot seperti flu;
ibu dapat mengeluh sakit kepala; ibu demam dengan suhu diatas 38°C; terdapat
area luka yang terbatas atau lebih luas pada payudara; kulit pada payudara
dapat tampak kemerahan atau bercahaya (tanda-tanda akhir); kedua payudara
mungkin terasa keras dan tegang pembengkakan.
Pencegahan
:
Perawatan
putting susu pada waktu laktasi merupakan usaha penting untuk mencegah
mastitis.
Penanganan
(Instruksi Dokter) boleh dikerjakan oleh Bidan
Berikan
antibiotika antara lain: Kloksasilin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 10
hari; ATAU eritromisin 250 mg per oral 3 kali sehariselama 10 hari; bantu ibu
agar: tetap meneteki; bebat payudara; kompers dingin sebelum meneteki untuk
mengurangi bengkak dan nyeri; Berikan parasetamol 500 mg per oral; evaluasi 3
hari. Pencegahan dan penanganan umum oleh bidan hamper sama dengan bendungan
ASI.
THROMBOPHLEBITIIS
Thrombophlebitis
adalah kelainan pada masa
nifas yaitu masa setelah melahirkan dimana terjadi sumbatan pada pembuluh darah
yang disebabkan oleh adanya darah yang membeku (Prawirohardjo, 2005).
Thrombophlebitis adalah penjalaran infeksi melalui
vena sering tejadi dan merupakan penyebab penting dari kematian karena infeksi
puerperslis. (Obstetri Patologis FKUI, 2005).
Jenis-jenis
Thrombophlebitis
a) Thrombophlebitis Femoralis dapat
mengenai vena-vena pada tungkai misalnya vena femoralis, vena polipetea dan
vena safena, sering terjadi hari ke 10 pasca partum. (Abdul Bari Saifudn, dkk,
2002)
Penyebab:
dapat terjadi thrombophlebitis vena safena magna atau peradangan vena femuralis
sendir, penjalaran, thrombophlebitis vena femoralis mungkin terjadi karena
aliran darah lambat di daerah lipat paha karena vena tersebut, yang tertekan
oleh ligamentum inguinale, juga disebabkan kadar fibrinogen meningkat pada saat
nifas.
b) Thrombophlebitis Pelviks, yakni
mengenai vena-vena dinding uterus dan ligaentum latum, yaitu vena ovarika, vena
uterina dan vena hipogasrika. Vena yang paling sering terkena ilah vena ovarika
ekstral karena infeksi pada empat implantasi plasenta terletak dibagian atas
uterus. Biasanya terjadi sekitar hari ke 45 atau ke 15 pasca partum.
Etiologi
Penyebab
terjadinya trombophelebitis sering dipicu oleh hal-hal seprti : perluasan
infeksi endometrium, mempunyai varises vena, obesitas (kegemukan), pernah
mengalami trombophelebitis, berusia 30 tahun lebih dan saat persalinan berada
pada posisi sit up pada waktu yang lama, meliki insidens tinggi untuk mengalami
trombophelebitis dalam keluarga. (Adele Pilliteri, 2007).
Pengobatan
Pada
saat inipenisilin G atau penisilin semisintesis (ampisilin) merupakan pilihan
yang tepat (renaissance dari penicillin) kerena penicillin bersifat bakterisid
(bukan bekteriostatik, eperti tetrasiklin atau kloramfenikol) dan bersifat
nontoksis. Penicillin dilarutkan dalam larutan glukosa 5% atau linger laktat.
Dapat juga diberikan ampicillin 3-4 gr, mula-mula intravena atau intramuscular.
Stafilakokus yang penicillin resistant tahan terhadap penicillin karena mengeluarkan
enzim penicillinasi. Preparat penicillin yang tahan penicillinase ialah
oksacillin, dikloklacillin, dan meticillin.
LUKA PERINEUM
Luka
perineum setelah melahirkan ada 2 macam yaitu :
a) Ruptur adalah luka pada perineum
yang diakibatkan oleh rusaknya jaringan secara alamiah karena proses desakan
kepala janin atau bahu pada saat proses persalinan. Bentuk ruptur biasanya
tidak teratur sehingga jaringan yang robek sulit dilakukan penjahitan.
(Hamilton, 2002).
b) Episiotomy adalah sebuah irisan
bedah pada perineum untuk memperbesar muara vagina yang dilakukan tepat sebelum
keluarnya kepala bayi (Eisenberg, A., 1996). Episiotomy adalah tindakan insisi
pada perineum yang menyebabkan terpotongnya selaput lender vagina, cincin
selaput dara, jaringan pada septum retrovaginal, otot-otot dan fasiaperineum
dan kulit sebelah depan perineum (Ilmu Bedah Kebidanan: 2000).
Dikatakan
robekan perineum Tingkat I, jika robekan hanya terjadi pada selaput lender
vagina dengan atau tanpa mengenai kulit perineum sedikit; Tingkat II, jika
robekan yang terjadi lebih dalam yaitu selain mengenai selaput lender vagina
juga mengenai muskulus perinei transversalis, tapi tidak mengenai spingter ani;
Tingkat III, jika robekan yang terjadi mengenai seluruh perineum sampai
mengenai otot-otot spingter ani.
Penatalaksanaan
a) Persiapan pada Ibu Post Partum:
Perawatan perineum sebaiknya dilakukan di kamar mandi dengan posisi ibu jongkok
jika ibu telah mampu atau berdiri dengan posisi kaki terbuka. Alat dan bahan ;
alat yang digunakan adalah botol, baskom, dan gayung atau shower air hangat dan
handuk bersih. Sedangkan bahan yang digunakan adalah air hangat, pembalut nifas
baru dan antiseptik ( Fereer, 2001).
b) Penatalaksanaan yang diberikan pada
ibu adalah: perawatan khusus perineal bagi wanita setelah melahirkan anak
mengurangi rasa ketidaknyamanan, kebersihan, mencegah infeksi, dan meningkatkan
penyembuhan dengan prosedur pelaksanaan menurut Hamilton (2002) adalah sebagai
berikut: mencuci tangannya; mengisi botol plastik yang dimiliki dengan air
hangat; buang pembalut yang telah penuh dengan gerakan ke bawah mengarah ke
rectum dan letakkan pembalut tersebut ke dalam kantung plastik; berkemih dab
BAB ke toilet; semprotkan ke seluruh perineum dengan air; keringkan perineum
dengan menggunakan tissue dari depan ke belakang; pasang pembalut dari depan ke
belakang; cuci kembali tangan.
c) Lakukan evaluasi, parameter yang
digunakan dalam evaluasi hasil perawatan adalah: perineum idak lembab, posisi
pembalut tepat, ibu merasa nyaman.
Sumber : Yulianti, Lia, dkk. 2011. Asuhan
Kebidanan IV (Patologi Kebidanan). Jakarta : Trans Info Media.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar